Mereka yang Sudah Siap Mati

Yazir Farouk Suara.Com
Minggu, 06 Desember 2020 | 07:05 WIB
Mereka yang Sudah Siap Mati
Ilustrasi kematian (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tak ada yang tahu kapan ajal akan menjemput. Kematian bakal selalu jadi rahasia Tuhan.

Badan yang sehat bahkan bukan jaminan ajal tak mengintai. Jika memang sudah waktunya, kematian pasti datang, bagaimanapun caranya.

Sadar maut bisa hadir kapan dan di mana saja, sederet artis telah mempersiapkannya. Katanya, biar tak merepotkan orang yang ditinggalkan.

Itu baru satu, masih ada alasan lain kenapa harus mengingat-ingat mati. Mungkin juga bisa jadi penyemangat mengejar pahala.

Baca Juga: Liputan Khusus Artis: Mereka Hadapi Corona di Negeri Orang

Persiapan mereka yang sudah siap mati pun beragam, mulai dari kain kafan hingga tanah makam. Wasiat, juga disebut sebagai persiapan yang dianggap penting.

Penasaran siapa dan bagaimana cerita mereka yang siap mati? Liputan khusus kanal Entertainment Suara.com kali ini secara lengkap membahasnya. Simak berikut ini:

Oki Setiana Dewi berwasiat

Salah satu yang dipersiapkan Oki adalah ruangan di rumahnya. Dia sengaja mendesain rumah dengan tidak menggunakan banyak sekat. Tujuannya agar kelak muat dimasuki keranda jenazah.

"Keranda bisa masuk dan banyak yang mendoakkan," kata Oki Setiana Dewi kepada Suara.com.

Baca Juga: Liputan Khusus: Relakah YouTuber Diusik?

"Pintu juga harus besar, supaya kerandanya tidak sulit masuk dan keluar," ujarnya lagi.

Oki Setiana Dewi (Instagram)
Oki Setiana Dewi (Instagram)

Sebelum ajal menjemput, sisi rumah yang luas itu dimanfaatkan bintang Ketika Cinta Bertasbih ini sebagai lokasi pengajian.

Bicara soal persiapan kematian, ada alasan tertentu yang membuat ibu tiga anak ini melakukan sejak dini.

Berkaca pada kejadian yang dialami sang ibu, membuat Oki Setiana Dewi merasa dekat dengan kematian.

"Pas umur 16 tahun, ibu saya divonis penyakit kulit, autoimun dan dirawat di rumah sakit tiga bulan," kata Oki.

"Saya menyaksikan begitu banyak kematian. Itu yang membuat saya terasa dekat dengan ajal," sambungnya.

Oki Setiana Dewi mengatakan, setiap manusia tak bisa meramal kematian. Karenanya, dia merasa harus mempersiapkannya.

"Kematian adalah suatu hal yang pasti," katanya.

Rupanya bukan hanya Oki Setiana Dewi yang melakukan persiapan. Sang ibu, Yunifah Lismawati juga melakukan hal serupa.

Yunifah menyiapkan kain kafan dan kain panjang. Dua barang itu disimpan di sebuah tempat khusus.

Selain desain rumah, persiapan lain yang dilakukan Oki Setiana Dewi adalah wasiat.

Ketika kami melakukan wawancara ini, Oki tengah hamil tua. Dia bilang sudah menyampaikan wasiat kepada keluarga sebelum jalani persalinan.

"Karena kita kan nggak tau saat melahirkan, apakah Allah masih izinkan saya hidup atau kembali pada Allah," ucapnya.

Oki memberikan contoh wasiat yang diberikan buat sang suami, "Saya bilang 'Kalau saya nggak ada,..' misalnya saya punya utang sekian, itu suami atau orang terpercaya harus tahu. Supaya nanti nggak bingung."

Wasiat itu juga yang juga telah disampaikan kepada anak-anaknya.

"Saya pikir obrolan seperti itu penting. Karena balik lagi, kita nggak pernah tahu kapan kematian itu datang," beber perempuan asal Batam ini.

Ia tak memungkiri, beberapa orang mungkin merasa tabu membicarakan kematian. Tapi inilah kenyataan yang harus dihadapi setiap makhluk hidup.

"Kalo kita bicara kematian, orang merasa takut, jauh, sementara seharusnya kematian itu harus diingat," tegas Oki Setiana Dewi.

Ia memaparkan, "Inget mati itu pertama kita memanfaatkan hidup sebaik-baiknya, tidak buat maksiat, nggak bikin dosa, nggak tinggi hati, karena kita akan dikubur juga. Kematian itu sebagai pengawal kita berperilaku di dunia."

Oki lantas mengutip hadis Nabi Muhammad tentang mempersiapkan kematian.

"Ketika ada orang Anshar bertanya 'Ya Rasulullah, siapa orang yang paling baik?' Kata Rasul, orang yang paling baik itu adalah mereka yang baik akhlaknya," katanya.

Artis lulusan S2 ini menambahkan, "siapa yang paling pandai? Mereka yang mempersiapkan kematiannya. Jadi pada saat ingat mati memang sudah ajaran dari Rasul kita."

Sehingga saat kembali pada Sang Illahi, manusia itu dalam keadaan terbaik.

"Mudah-mudahan saat kembali sama Allah, dipanggil dengan kalimat 'wahai jiwa-jiwa yang tenang, kembalilah pada Allah dengan jiwa yang diridhai oleh Allah, masuk dalam golongan hambanya dan masuk surga. Itu kan akhir dari tujuan kita," ujar Oki menandaskan.

Makam saudara Irfan Hakim hilang

Irfan Hakim sadar betul hidupnya tidak akan kekal di dunia. Meski tak tahu kapan ajal menjemput, dia tetap berinisiatif menyiapkan perlengkapan kematiannya.

Mulai dari lahan makam, kain kafan, serta penutup keranda sudah dibeli jauh-jauh oleh lelaki kelahiran 15 Oktober 1975 ini.

"Gue sudah siapin tanah makam buat keluarga gue iya. Gue kain kafan, penutup keranda. Jadi pas lagi umrah yang lain beli sajadah, karpet, gue beli penutup keranda," kata Irfan Hakim.

Host D'Academy ini sempat adu argumen dengan keluarga saat hendak membeli lahan makam yang disiapkannya di kawasan Parakan Muncang. Kekinian, tanah makam itu sudah diisi oleh almarhum ayahnya.

Irfan Hakim [Suara.com/Yuliani]
Irfan Hakim [Suara.com/Yuliani]

"Karena kan kayak ngedorong buat meninggal (pamali), akhirnya mereka setuju," ujar dia.

"Akhirnya bapak gue jadi penghuni pertama dan sekarang masih sendiri, jadi kalau kita ke sana 'Papa masih sendiri ya pa, tunggu ya pa akhirnya gitu," katanya lagi.

Irfan Hakim mengaku tak punya alasan khusus menyiapkan kematian. Satu hal yang pasti, dia tak ingin merepotkan orang lain jika ajal menjemputnya.

"Dan ketika itu (meninggal) terjadi kadang panik, kain ini itu, nah kita sudah siap," ujar dia lagi.

Tak hanya itu, ada sebuah peristiwa yang membuat Irfan merasa perlu menyiapkan tanah makam sejak dini. Ternyata makam adik dan kakak iparnya di tempat pemakaman umum pernah ada yang hilang begitu saja.

"Makam di sana nggak pernah pakai tulisan, nggak pernah pakai tembok. Patok aja udah, hilang, sehilang-hilangnya," katanya.

Diberikan kenikmatan duniawi, Irfan tak ingin melupakan ajal. Persiapan kematian itu dimaknai sebagai sebuah pengingat akan kematian.

Kata Irfan, kalau mampu membeli rumah, kenapa tak bisa menyiapkan tempat peristirahatan terakhir.

"Kita di dunia ini cuma berapa lama sih umur kita, 100 tahun aja udah banyak banget," ujarnya.

Umi Pipik ingat Almarhum Uje

Istri almarhum Ustaz Jefri Al Buchori (Uje), Pipik Dian Irawati alias Umi Pipik termasuk salah satu figur publik yang menyiapkan paket lengkap kain kafan. Ia menyimpan semua itu di lemarinya.

"Udah ada sabunnya, minyaknya, kapur barusnya udah ada cendananya. Wah semuanya deh tinggal bungkus doang," kata Umi Pipik.

Bahkan, Umi Pipik sempat latihan memandikan jenazah. Dia juga menjadi model jenazah yang sedang dipersiapkan menuju kubur.

Saat dimandikan hingga dibungkus kain kafan, Umi Pipik tak dipungkiri merasa takut. Ia langsung terbayang proses kematian itu sendiri.

"Jadi modelnya saya mikir 'ya Allah gini banget ya' kalau dikafanin tuh seperti ini, ruh lihatin kita dari luar saat itu," ujarnya.

Umi Pipik. (Instagram)
Umi Pipik. (Instagram)

Perempuan bercadar ini menyiapkan semuanya karena tak ingin terlalu merepotkan orang lain jika dia dipanggil Tuhan untuk selama-lamanya. Lahan kosong untuk makamnya juga sudah ada.

Namun, ia enggan menjelaskan lebih lanjut di mana ia akan dimakamkan.

Tak dipungkiri, meninggalnya sang suami secara mendadak karena kecelakaan juga menjadi salah satu penyebab Umi Pipik sadar akan kematian.

Ia bahkan sudah menyiapkan kain kafan dan sebagainya jauh sebelum divonis sakit tumor kelenjar getah bening 2018 lalu.

"Udah lama banget ya (mempersiapkan), bukan pas karena saya sakit itu (tumor kelenjar) nggak. Cuman saat itu kita tahu harus menyiapkan hal itu gitu ya. Ya itu yang meninggal bukan usia tua, almarhum (ust jefri) aja baru 40 tahun. Jadi ya ini lah persiapan harus," katanya.

Manusia cerdas

Mengingat dan mempersiapkan kematian dalam Islam memang sangat dianjurkan. Ustaz Soleh Mahmud atau dikenal Solmed mengatakan hal itu pernah disampaikan Nabi Muhammad SAW.

Kata dia mengutip perkataan Nabi Muhammad, bahwa orang yang mempersiapkan kematian adalah manusia yang cerdas.

"Dunia ini sementara, dunia ini sebentar. Maka untuk akhirat yang sifatnya abadi dia harus lebih persiapkan itu. Tentu orang cerdas (yang mempersiapkan kematian)," kata Ustaz Solmed kepada Suara.com.

Untuk persiapan kematian, Solmed melanjutkan, pasti berbeda-beda bagi tiap orang. Di luar amal baik tentunya, perlengkapan untuk dipakai jenazah juga bisa disebut pengingat kematian.

"Itu artinya simbol pengingat, ya boleh-boleh saja," ujarnya.

Hanya saja kata dia, hal itu jangan cuma menjadi simbol semata, tanpa ada esensinya. Sebab, persiapan yang dimaksud Nabi Muhammad adalah bekal untuk di alam kubur dan akhirat.

Jangan berlebihan

Sama seperti Ustaz Solmed, Ustaz Zacky Mirza juga menilai boleh-boleh saja menyiapkan hal terkait kematian seperti kain kafan hingga tanah makam. Tapi perlu diingat, jangan berlebihan.

"Kalau masalah kematian memang harus disiapkan. Jadi itu bukan satu hal yang dilarang. Menyiapkan sebuah kebaikan dalam menyongsong kematian, selama itu tidak berlebihan," kata Usztaz Zacky.

"Contoh, beli kain kafan, keranda, tapi justru yang mewah, harganya mahal itu nggak boleh," ujarnya lagi.

Bagi Zacky, mempersiapkan segala hal terkait kematian bisa jadi nasihat untuk diri sendiri dan orang lain bahwa maut bisa datang kapan dan di mana saja.

Harapannya kata dia, hal itu juga jadi pemicu seseorang agar berbenah diri mengumpulkan bekal untuk di akhirat. Senada dengan Solmed, Zacky ingin menegaskan jangan sampai persiapan badaniah tak berbanding lurus dengan rohaniah.

"Misalnya gini 'udah siapin kain kafan, kan sudah bagian kebaikan menyongsong wafat. Akhirnya dia lupa memperbaiki jauh yang lebih penting kayak amal jariyah dan amal soleh," katanya.

"Sebenarnya yang bakal lanjut ke akhirat bukan fisiknya, kalau keranda, kain kafan itu kan buat tempat fisik," ujar dia lagi.

Reporter: Yuliani, Evi Ariska, Ismail, Herwanto, Rena Pangesti

Editor: Sumarni, Yazir Farouk

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI