Suara.com - Komika dan sineas Ernest Prakasa tak menampik kekinian masyarakat Indonesia agak takut menyampaikan pendapat atau kritik terkait kebijakan pemerintah. Sebab ujung-ujungnya si pengkritik tak jarang yang dilaporkan ke pihak berwajib dengan tuduhan fitnah atau pencemaran nama baik.
Hal tersebut disampaikan Ernest saat jadi salah satu narasumber acara Mata Najwa lewat video conference. Peraih Piala Citra itu tampak semangat mengutarakan keresahannya karena di acara tersebut juga ada Juru Bicara Presiden Joko Widodo (Jokowi), Fadjroel Rachman, yang juga tersambung dalam video conference.
"Saya ingin sampaikan unek-unek mumpung ada Bang Fadjroel ya," kata Ernest memulai, dikutip Kamis (29/10/2020).
Kepada Fadjroel, Ernest bilang bahwa beropini di media sosial sekarang jadi hal mengerikan buat sebagian masyarakat Indonesia.
![Artis Ernest Prakasa berpose saat berkunung di kantor Redaksi Suara.com, Jakarta, Kamis (29/11). [Suara.com/Muhaimin A Untung]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2018/11/29/67420-ernest-prakasa.jpg)
"Karena kadang-kadang, tiba-tiba kita dilaporin ke polisi, yang ngelaporin sih memang bukan Pak Jokowi, tapi relawannya," ujar Ernest.
Yang jadi persoalan, Ernest melanjutkan, Jokowi terkesan membiarkan laporan tersebut. Seharusnya kata dia, jika Jokowi memang tak setuju bisa langsung menegur relawannya.
"Nah sebagai yang direlawani, kalau nggak setuju sama relawannya, mbok ya ngomong. Jangan bilang 'ah itu kan relawan saya, bukan saya'. Ya nggak bisa juga dong. Kalau misalnya relawan saya ada, relawan Ernest Prakasa kelakukannya saya nggak setuju, saya sentil kupingnya," ujar Ernest.
Ernest sendiri masih tetap berani menyatakan pendapatnya di media sosial. Cuma, dia sadar akan lebih berhati-hati karena sudah ada UU ITE yang mengintai.
"Saya pribadi kalau dibilang sampai takut sih nggak, tapi mungkin lebih berhati-hati," ujar sutradara film Cek Toko Sebelah ini.
Baca Juga: Asfinawati Sentil Fadjroel Rachman: Kenapa Dulu Orba Anda Demo Juga?
Artinya balik lagi kepada subtansi, apa sih yang diomongin, ngerti nggak lu ngomong apa, dan apakah yang diomongin ini memang valid ada datanya. Bukan hoaks atau propaganda," katanya lagi.