Suara.com - Sebelum menjadi populer sebagai penyiar radio, Gofar Hilman ternyata sempat berprofesi sebagai PNS hingga menjadi pedagang kaki lima. Pekerjaan itu dilakoninya untuk menyambung hidup.
Hal itu diungkap Gofar Hilman saat berbincang di kanal YouTube Abdel Achrian 'Gofar Hilman Sekut dan Sayang Keluarga' dikutip Suara.com, Minggu (11/9/2020).
"Memang mencari jalan untuk jadi penyiar? Atau nggak?" tanya Abdel Achrian.
Mantan kekasih Putri Tanjung ini kemudian mengaku sempat minder saat hendak melamar sebagai penyiar radio di awal 2000-an. Dia merasa kriterianya tak masuk dalam persyaratan.
Baca Juga: Profil Gofar Hilman, Penyiar Radio dan Pengusaha Sukses Indonesia
"Nah tahun 2000-an kultur radio di industri hiburan berubah. Terutama di teman-teman gue yang jadi penyiar. Dulu saat gue tanya temen magang pun ditanya nih interview-nya 'bapak lo kerja ape, lo pakai mobil ape, lo tahu brand ini nggak brand itu nggak, bahasa inggris lo harus rapih' nah gue ini nggak masuk di gue nih," ungkap Gofar Hilman.
"Kita kan sobat misqueen. Nggak masuk banget nih. Gue menyamaratakan kan di MRA tuh lantai 8 nih yang magang tuh harus yang paling gaul di ibu kota," sambungnya.
Laki-laki 37 tahun ini pun mengurungkan niatnya menjadi penyiar radio. Dia banting stir dengan mencoba beberapa pekerjaan untuk menyambung hidup.
"Akhirnya gue memendamkan impian gue cing. Udah aje kita yang penting idup-idup aja dulu kerja yang lain, macem-macem kerjanya cing. Tukang gesper, pedang kaki lima," ujar Gofar Hilman.
Selain menjadi pedagang, Gofar Hilman juga menjajaki profesi formal seperti pekerja kantoran dan PNS.
Baca Juga: Nikita Mirzani Ungkap Hubungan Sebenarnya dengan Gofar Hilman
"Abis itu 2003 gawe formal, kantoran. Jadi rekanan ini kan kalau departemen-departemen kalau mau belanja tuh harus ada orang ketiga gue mau nyetak ini nih mau beli apk, nah gue yang majunya nih rekanan-rekanannya. Palugada," tambahnya.
Sayangnya pekerjaan itu tak dilanjutkan Gofar Hilman. Ia merasa tidak bahagia dengan pekerjaannya hingga memutuskan angkat kaki.
"Karena kenal sama orang-orang departemen kan ada kesempatan untuk jadi pegawai negeri. Udah gitu, dateng itu cuman itungan hari kali ye sisanya nama gue masih ada di TU, Tata Usaha, soalnya gajinya nggak diambil-ambil selama jadi pegawai negeri." ujarnya.
"Tiga bulan abis itu nama gue ilang di TU. Dateng tuh cuman kayak 'Ah ini bukan gue nih' terus cabut. Impian gue tuh sebenarnya jadi penyiar," tutur Gofar Hilman menandaskan.