Dewi Irawan Ungkap di Balik Layar Film G30S PKI, Ibunda Ikut Terlibat

Selasa, 29 September 2020 | 21:15 WIB
Dewi Irawan Ungkap di Balik Layar Film G30S PKI, Ibunda Ikut Terlibat
Dewi Irawan saat ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (4/7/2019). [Sumarni/Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Akrtis Dewi Irawan mengunggah beberapa foto adegan film G30S/PKI di Instagramnya. Ibunya, Ade Irawan diketahui berperan sebagai istri dari Jendral Abdul Haris (AH) Nasution di film tersebut.

"Ibu saya memerankan tokoh Ibu Nasution (Istri Jendral AH Nasution) syuting di rumah beliau (A.H Nasution) kurang lebih 5 hari, ditongkrongin oleh pak Nas dan bu Nas untuk scene berat ini. Bu Nas bilang ke mas Arifin (Arifin C Noer, sutradara film) bahwa ketika Ade Irma Suryani/anaknya ditembak saya tidak panik seperti Ade (ibunda Dewi Irawan) namun sutradara mengarahkan untuk panik karena demi kebutuhan film," tulis Dewi Irawan di feed instagramnya, dikutip, Selasa (29/9/2020).

Namun, sutradara mengaku sengaja mendramatiskan adegan itu. Alasannya, jika tidak dibuat demikian, ibu Nasution akan dianggap sekongkol dengan PKI.

"Ini secara filmis bu, kalau ibu tenang aja entar dipikir penonton ibu malah dituding sekongkol dengan PKI," tulis Dewi Irawan mengutip kata-kata sutradara.

Baca Juga: Nobar Film G30S/PKI Tak Direstui Polisi, PA 212 Protes

Ade Irawan saat syuting film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI. [Instagram]
Ade Irawan saat syuting film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI. [Instagram]

Dewi Irawan mengaku, hingga kini ibundanya, masih selalu dihubungi wartawan setiap 30 September. Namun, Dewi sengaja tak mengizinkan ibunya wawancara karena akan sangat emosional bagi Ade Irawan jika mengingat masa-masa itu.

"Kemarin-kemarin ada yang minta ibu untuk interview (langganan kalau menjelang 30 September) sengaja saya tidak izinkan. Sengaja jagain ibu biar nggak diwawancara, takut emosi, padahal ibu hanya berperan sebagai ibu Nas, (Nasution) tapi karena selama syuting banyak cerita-cerita politik saat itu..," ujarnya.

Cerita-cerita politik itu yang ia jaga puluhan tahun untuk tidak dibongkar ke publik. Namun, ibunya juga gatal jika tak mengungkap sedikit kebenarannya.

"Memenuhi permintaan ibu.. (menceritakan) ibu nggak mau di interview-interview, tapi 'ibu punya foto-foto waktu syuting film #PengkhianatanG30S/PKI, nah kamu taruh di medsos atau apa kek'," ungkap Dewi Irwan, menirukan permintaan sang ibu.

Beberapa yang diungkap di antaranya jumlah dana yang digelontorkan Presiden RI Soeharto saat itu, demi pembuatan film G30S/PKI. Jumlah tersebut terbilang fantastis untuk tahun 1980-an.

Baca Juga: Daerah Rawan Corona, Polres Magelang Raya Tak Izinkan Nobar Film G30S/PKI

"Film propaganda ini dibikin dengan duit Soeharto dengan dana hampir Rp 1 M tahun 1982, budget raksasa untuk saat itu. Sejak film ini ada jadi film wajib tonton tiap tahun tiap tanggal 30 September diputar di televisi," ujarnya.

Selain itu, rupanya Jendral AH Nasution tak percaya dengan panggilan tengah malam yang disebut-sebut dari Presiden Soekarno kala itu. Yang kemudian menjadi tragedi pembunuhan itu.

"Salah satunya pak Nas tidak percaya, beliau bilang tidak mungkin bung Karno memanggil saat itu juga. Malam-malam (tengah malam) Bung Karno tidak tahu info pergerakan apa-apa," ungkapnya disertai foto Jendral AH Nasution.

Kemudian, mengakhiri kisahnya, kakak Ria Irawan itu mempertanyakan peran Soeharto dalam tragedi itu. Secara retoris ia mempertanyakan wujud kepahlawanannya itu.

"Kalau memang pak Harto pemberantas PKI, pahlawan Nasional, 32 tahun jadi presiden RI, kenapa dong namanya tidak diabadikan dimana-mana? Nggak ada monumennya, kenapa ya?," tuturnya.

Ade Irawan dengan latar belakang foto Jenderal AH Nasution dan istri. [Instagram]
Ade Irawan dengan latar belakang foto Jenderal AH Nasution dan istri. [Instagram]

Selain itu, Dewi Irawan juga membagikan potret ibunya mengenakan pakaian Darma Wanita yang dipakai ibu Nasution. Juga potret Kapten Pierre Tendean yang juga menjadi korban dalam tragedi G30S/PKI.

Sebagai informasi, Jenderal Besar TNI Dr. Abdul Haris (AH) Nasution adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang merupakan salah satu tokoh TNI AD yang menjadi sasaran dalam peristiwa Gerakan 30 September. Tanggal 30 September 1965 menjadi satu hari bersejarah di Indonesia yang menyimpan peristiwa kelam.

Pasalnya, pada tanggal itu terjadi peristiwa Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh) yang kini diingat sebagai peristiwa G30S PKI. Biasanya, bertepatan dengan peringatan G30S PKI, Museum Jenderal AH Nasution akan ramai oleh kunjungan wisatawan.

Museum AH Nasution adalah rumah keluarga Jenderal AH Nasution sejak ia menjadi KSAD pada 1949. Rumah ini menjadi saksi bisu tertembaknya putri sang jenderal, Ade Irma Suryani yang saat itu masih berusia lima tahun.

Setelah ditembak dari jarak dekat, Ade Irma Nasution sempat menjalani perawatan di RSPAD, namun ia meninggal lima hari setelah peristiwa tersebut.

Selain itu, tempat ini juga menjadi saksi ditangkapnya sang ajudan Jenderal, Lettu CZI Pierre Tendean oleh Pasukan Tjakrabirawa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI