Suara.com - Sosok Putra Siregar, pebisnis seluler dan YouTuber ini sempat ramai diperbincangkan. Lantaran diduga melakukan penjualan handphone ilegal dan tengah diusut Bea Cukai.
Terlepas dari kasus yang kini menjeratnya, Putra Siregar kini menjadi sosok yang viral. Ia dekat dengan sederet selebriti papan atas Tanah Air seperti Atta Halilintar hingga Raffi Ahmad.
Selain itu, pria yang baru menjajaki usia 26 tahun itu sudah menapaki kesuksesan. Ia baru saja mencetak rekor MURI pada Idul Adha lalu dengan menyembelih 404 hewan kurban.
Di balik keberhasilannya, Putra Siregar menyimpan masa lalu yang kelam.
Baca Juga: Interview: Kesha Ratuliu Bicara Repotnya Urus Pernikahan Saat Corona
Namun hal itu tak membuatnya terpuruk dan justru dijadikan motivasi hidup hingga sukses seperti sekarang.
Pria asal Medan ini pun berkisah mengenai masa kecil yang dilalui tanpa kehadiran orangtua kandung. Sementara ia pun berjuang bertahan hidup dengan bekerja serabutan.
Lebih lanjut, berikut wawancara Suara.com bersama Putra Siregar soal kehidupannya.
Seperti masa kecil yang dilalui Putra Siregar?
Saya lahir di Medan, tiga bersaudara dan saya paling tua. Punya dua adik, laki-laki dan perempuan.
Baca Juga: Interview: Cerita Lengkap Fitri Salhuteru Soal Adopsi Anak Nikita Mirzani
Masa kecilnya bersekolah di Siantar. Saya punya mamak angkat yang sudah saya anggap sebagai orangtua.
Orangtua kandung kemana?
Orangtua saya bercerai, dan kata orang nama kandung ibu saya Epitamala. Tapi menurut kabar dia sudah meninggal. nama Ayah Imran Siregar, dia juga orang Medan katanya.
Saya nggak pernah lihat ibu sampai sekarang. Dari kecil nggak pernah ketemu orangtua kandung dan hidup di jalanan. Pekerjaannya nyemir sepatu dan jadi pengamen.
Langsung tinggal bersama orangtua angkat?
Iya, dari kecil nggak pernah dapat kasih sayang orangtua, nggak pernah lihat paras ibu. Dilemanya lama banget. katanya kan surga di bawah telapak kaki ibu, tapi saya nggak pernah lihat ibu saya gimana dong?
Jadi masih kecil sudah bekerja?
Dari dulu udah kerja. Saya (kalau nggak punya uang) menahan lapar. Mau bayar SPP sekolah juga susah dan dulu saya pengin banget ada yang membantu. Dulu saya pikir kalau ada orang yang kasih saya makan dan bayarin sekolah, bahagia banget rasanya.
Saya mengatakan dalam diri saya 'kalau ada orang seperti itu, saya akan doakan dia'. Ada guru yang akhirnya bayarin sekolah karena saya nggak masuk-masuk. Soalnya dulu saya berprestasi, jadi katanya sayang kalau sekolahnya disia-siakan.
Bagaimana merintis karier?
Saya merantau ke Batam. memulai bisnis handphone kecil-kecilan. Mulai dari handphone bekas, sampai akhirnya lama-lama bisa kebeli handphone baru untuk dijual kembali. Alhamdulillah bisa sampai seperti ini.
Saya kemudian teringat masa lalu, kalau rasanya mendapat bantuan dari orang disaat kita butuh rasanya senang sekali. Itu pula yang aku lakukan sekarang. Aku senang berbagi sama orang.