Suara.com - Jenazah sastrawan Indonesia Sapardi Djoko Damono telah dikebumikan pada Minggu (19/72020) sekira pukul 16.20 WIB. Putri bungsunya, Bawuk (sapaan akrabnya), mengenang saat-saat terakhir sang ayah di rumah sakit.
"Biasa kan sarapan di rumah sakit, lalu dikasih teh hangat segala macam. Tapi makannya sudah sulit kan, jadi ditanya apa mau minum teh. Ibu sih yang ngasih. Sedikit minum. Ditawarin yang lain-lain udah nggak mau 'Udah teh aja'," kata Bawuk saat ditemui di TPU Giritama, Tonjong, Kab.Bogor, Minggu (19/7/2020).
Ditanyai pesan terakhirnya, si bungsu mengaku tak ada. Sebab, selain ayahnya sudah dalam kondisi lemah beberapa hari terakhir, ia juga tak bisa selalu mendampingi ayahnya di rumah sakit karena protokol kesehatan.
Baca Juga: Isak Tangis Keluarga Pecah di Pemakaman Sapardi Djoko Damono
"Pesan terakhir nggak ada sih. Karena nggak bisa selalu nungguin di rumah sakit. Sekarang kan penunggu di rumah sakit terbatas ya dengan situasi seperti ini," bebernya.
Akui tak memiliki firasat apapun, Bawuk bersyukur kemarin memaksakan diri untuk menemani sang ayah. Hingga saat terakhir Sapardi Djoko Damono wafat pukul 09.17 WIB, ia tetap disisi sang ayah bersama ibunya.
"Jadi bolak balik beberapa hari aja. Untungnya kemarin maksa untuk nemenin. Ada saat tadi pagi (bapak meninggal)," pungkasnya.
Sastrawan Indonesia angkatan 60-an itu meninggal di usia 60 tahun. Penulis yang dikenal dengan puisi Hujan Bulan Juni itu meninggalkan seorang istri dan 2 orang anak.
Baca Juga: Bikin Baper, Ini 5 Puisi Sapardi Djoko Damono yang Paling Romantis