Meninggal Dunia, Kenang 5 Fakta Perjalanan Karier Sapardi Djoko Damono

Minggu, 19 Juli 2020 | 15:15 WIB
Meninggal Dunia, Kenang 5 Fakta Perjalanan Karier Sapardi Djoko Damono
Sastrawan dan budayawan Sapardi Djoko Damono saat menjadi pembicara pada peluncuran penerbitan ulang buku puisi dwi bahasa "The Birth of I Lagaligo", Makassar, Sulsel, Jumat (28/6). ANTARA/Dewi Fajriani/ss/Sp/pri.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sapardi Djoko Damono meninggal dunia di RS Eka Hospital, BSD, Tangerang Selatan pada Minggu (19/7/2020). Penyair 80 tahun itu meninggal lantaran komplikasi penyakit yang diderita.

Sejak 9 Juli 2020, Sapardi Djoko Damono dirawat di rumah sakit lantaran kondisi kesehatan yang menurun.

“Tidak ada komunikasi terakhir. Karena memang kesadarannya memburuk,” kata Nana, mewakili pihak keluarga sang pujangga kepada Suara.com.

Almarhum Sapardi Djoko Damono disemayamkan di rumah duka Kawasan Ciputat, Tangerang Selatan. Rencananya, sastrawan asal Surakarta itu akan dimakamkan di Taman Pemakaman Gritama, Giri Tonjong, Bogor.

Baca Juga: Meninggal Dunia, Ini Riwayat Penyakit Sapardi Djoko Damono

Sambil mengiringi kepergian Sapardi Djoko Damono, kenang kembali perjalanan karier penulis puisi Hujan di Bulan Juni tersebut.

Sapardi Djoko Damono. (suara.com/Pebriansyah Ariefana)
Sapardi Djoko Damono. (suara.com/Pebriansyah Ariefana)

1. Masa kecil

Sapardi Djoko Damono lahir di Surakarta, Jawa Tengah pada 20 Maret 1940. Sang penyair akrab disapa SDD yang sudah akrab dengan karya sastra puisi sejak SMP.

Di masa ini, SDD menulis sejumlah karya yang dikirim ke beberapa majalah. Aktivitasnya itu berlanjut hingga pria yang kerap menulis puisi soal cinta itu duduk di bangku kuliah di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

2. Rintis karier

Baca Juga: Jenazah Sapardi Djoko Damono akan Dikebumikan di TPU Giritama Bogor

Karier professional Sapardi Djoko Damono dimulai pada 1967 saat ia merilis karya sastra bertajuk Duka-Mu Abadi.

Selain menulis puisi maupun cerpen, SDD juga aktif menerjemahkan karya sastra lain seperti milik Ernest Hemingway yang kini berjudul Lelaki Tua dan Laut (1973).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI