"Ada setahunan malah. Bahasa ngetrendnya apa yah, plesiran bahagia. Misalnya menemani ke luar negeri," lanjut penulis buku Jakarta Undercover, yang mengupas bisnis prostitusi kelas atas di Jakarta.
Hal itu lah yang juga kemudian susah untuk dilacak. "Seperti pacarnya dibiayain, itu hukumannya enggak ada. Kayak relationship aja. Tapi mereka punya surat (perjanjian) materai," papar lelaki 46 tahun ini.
Beda halnya dengan mereka di kelas bawah, yang hanya memberikan layanan seks singkat dan uang yang diterima secara langsung,
"Sekarang itu kebanyakan kelas C (bawah), menerima open BO (booking out) atau short time," kata Emka lagi.
Baca Juga: Buka Suara, Hana Hanifah Minta Maaf dan Tegaskan Statusnya
Ia menambahkan, "Rekening pembayarannya ada dua, masuk ke pribadi dan ada mucikari."
Sementara pemberi layanan seks di kelas atas tidak menggunakan cara itu. Mereka akan mendapat sesuai dengan kontrak kerja.
"Jarang sekali ada transferan yang cash on delivery. Makanya saya bilang, kelas atas tidak ada nominal pasti. (Harganya) Ratusan juta hingga miliaran rupiah," katanya menandaskan.