3. Angie Virgin
Bintang film Virgin, Angie yang kini tinggal di London, Inggris turut merasakan dampak dari pandemi virus corona (Covid-19). Setidaknya sejak pertengahan Februari, masyarakat setempat sudah mulai bersiap menghadapi pandemi tersebut.
Aktris bernama lengkap Anggia Yulia Angely mengisahkan, peristiwa yang terjadi di London kemungkinan tak jauh berbeda dengan di Jakarta, Indonesia. Terutama saat awal-awal wabah itu muncul.
Dia bilang pemerintah setempat sempat memberlakukan physical distancing sebelum akhirnya memutuskan lokdown total.
Baca Juga: Liputan Khusus: Relakah YouTuber Diusik?
"Anjuran awal hanya stay at home dan WFH (work from home). Tapi mulai 23 Maret diberlakukan lockdown," katanya kepada Suara.com.
Semenjak itu, terjadi panic buying di mana-mana. Bahkan banyak juga pegawai yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) saat lockdown diterapkan.
"Ada yang panic buying sampai tisu toilet dan sabun cuci tangan habis di mana-mana. Orang banyak yang kena PHK karena hampir semua bisnis tutup. Mulai dari restoran, perkantoran, konstruksi bangunan hingga toko," ujar Angie.
Sementara itu lini yang masih beroperasi adalah kantor, rumah sakit, supermarket dan apotek saja. Sayang, tak sedikit dari mereka kekurangan alat pelindung diri (APD).
"Untungnya banyak yang terjun jadi relawan untuk bantu logistik maupun bantu kekurangan volunteer di rumah sakit," kata aktris 36 tahun itu.
Baca Juga: Liputan Khusus: Bau Ikan Asin Menyengat, Artis Terpikat
Guna menekan penyebaran virus corona di London, pemerintah setempat memberlakukan sejumlah peraturan. Salah satunya seperti tidak boleh mengunjungi kerabat yang usianya di atas 60 tahun, menjaga jarak 2 meter, dan tetap berada di rumah.
Kalaupun harus keluar rumah, itu hanya untuk situasi tertentu. Misalnya mereka yang bekerja di bidang jasa, belanja kebutuhan pokok, atau olahraga. Itu pun tidak bisa berhenti apalagi sampai melakukan piknik di taman.
"Melanggar aturan bisa didenda sampai Rp 18 Juta. Tindakan pidana untuk orang yang positif tapi masih keluar rumah," ujarnya.
Sanksi pidana juga berlaku bagi mereka yang melakukan ancaman dengan menggunakan virus corona sebagai alasan. Selain itu, melakukan kekerasan fisik hingga meludahi atau batuk pada pekerja medis, polisi dan masyarakat mendapat sanksi.
Untuk itu Angie juga berusaha menjaga keluarganya agar tetap berada di rumah. Dia membuat berbagai macam kegiatan positif agar suami dan anak-anak tidak bosan.
"Anak-anak ada sekolah online, saya juga memantau dan melakukan WFH 5 jam di rumah. Kami juga berkebun, membuat taman di belakang rumah," ucap bintang film Hantu Jeruk Purut ini.
Rasa khawatir timbul kepada sang suami, Habibi Syaaf. Tugasnya sebagai polisi harus bersinggungan dengan orang lain di luar rumah. Sehingga Angie selalu melakukan ekstra perawatan pada suaminya.
"Selalu kepikiran, tapi saya bangga dengan dia karena mengemban tugas. Kita juga cuma bisa berusaha, tawakal," kata Angie.
Ia menambahkan, 'Kita lakukan pencegahan di rumah, seperti ekstra bersih-bersih. Cuci baju setelah sekali pakai."
Kini, keadaan lebih baik dari sebelumnya. Salah satu contohnya, panic buying sudah bisa lebih ditekan, sebab ada peraturan yang diberlakukan untuk pembelian bahan-bahan pokok. Meskipun demikian, pemerintah dan masyarakat setempat masih harus mewaspadai pandemi virus corona.
"Soal prosedur supermarket, dibatasi jumlah orang di dalam untuk menjaga jarak. Terus pembatasan porsi, jadi tidak boleh memborong lebih dari dua untuk barang yang sama," katanya.
Di tengah pandemi virus corona, Angie berusaha mengambil hikmah. Ia punya banyak waktu bersama dengan anak-anak di rumah. Terlebih di bulan suci Ramadan yang membuatnya fokus beribadah.
"Dalam situasi normal mungkin bisa kumpul. tapi kan Ramadan bukan soal kumpul dan buka bersama. Justru mendekati diri ke Allah," jelas rekan main Laudya Cynthia Bella ini.
Tak dipungkiri, ada rasa rindu ingin pulang ke Tanah Air. "Kangen Indonesia bukan hanya saat corona, tapi selalu. Karena itu rumah saya," ujarnya.
Hanya saja aktivitas pulang kampung tak bisa dilakukannya saat ini. Angie pun fokus menjaga keluarga agar terlindungi dari bahaya virus corona.
"Untuk sekarang ini, jangan keluar rumah kecuali emergensi dan beli bahan makanan. Cuci tangan lebih sering, apalagi setelah menyentuh barang-barang dari luar rumah. Menjaga pikiran agar selalu positive thinking, ingat ini hanya keadaan sementara," kata Angie.
Menutup wawancaranya bersama Suara.com, Angie menuturkan, "Buat saya (virus corona) ini adalah ujian untuk manusia. Kita diingatkan untuk tidak egois, sayang dengan keluarga, bersyukur dengan kesehatan kita dan juga bumi. Semoga setelah ini kita semua menyadari untuk menjadi manusia yang lebih baik."
4. Denada
Penyanyi Denada menceritakan pengalamannya tinggal di Singapura di tengah pandemi corona (Covid-19). Dia bilang Singapura tak memberlakukan lockdown sebagai penanganan virus tersebut.
"Kebetulan di Singapura nggak ada lockdown, kita pakai sistem yang hampir mirip dengan yang di Indonesia PSBB, di sini mamanya Covid Circuit Breaker," kata Denada kepada Suara.com.
Menurut Denada semua aktivitas perkantoran dan sekolah ditutup. Pemerintah juga menerapkan sistem bagi para masyarakat buat selalu mengenakan masker setiap keluar rumah.
"Jadi sebagaimana di Indonesia, di sini sekolah-sekolah tutup. Lalu beberapa kayak toko-toko yang tidak menyediakan keperluan esensial masyarakat tutup, kantor-kantor juga tutup kecuali kantor yang melayani kebutuhan esensial masyarakat dan diberlakukan peraturan-peraturan lain. Misalnya, saat ke luar rumah harus wajib menggunakan masker, lalu wajib mempraktekkan physically distancing hal-hal seperti itu," ujarnya.
Namun begitu, setelah adanya pandemi ini, perempuan kelahiran 19 Desember 1978 itu sebetulnya lebih fokus dengan kesehatan sang putri, Aisha. Sudah setahun lebih dia berada di sana mendampingi putri tercintanya menjalani perawatan karena mengidap penyakit kanker darah.
Terlebih lagi, dokter yang merawat anaknya sudah lebih dulu menyarankan agar ia dan Aisha tidak begitu sering berpergian. Sehingga kebanyakan waktu mereka habiskan di rumah.
"Masalah kita isolasi diri di rumah, tidak keluar rumah di saat tidak perlu sekali, itu sebetulnya sudah kita praktikkan dari mulai kita pertama kali pindah ke Singapura," ujarnya.
"Karena semenjak Aisha menjalani kemoterapi maka memang kita dianjurkan untuk tidak terlalu banyak datang atau membawa Aisha ke tempat-tempat umum. Jadi nggak terlalu kaget," kata dia lagi.
Kendati begitu, dia tidak memungkiri tetap merasa panik dengan adanya virus ini. Denada berupaya menjaga jarak dengan orang lain agar tidak tertular.
"Panic attack itu aku banget. Aku betul-betul menghindari keluar rumah tapi kalau pun harus keluar rumah banget, itu aku benar-benar kayak benar-benar, paranoid itu pasti ada, jadi nggak mau dekat-dekat orang kalau di luar," katanya.
Rasa panik pedangdut ini menjadi-jadi ketika harus membawa putrinya ke rumah sakit untuk perawatan. Dia jadi lebih waspada dan sebisa mungkin tak menyentuh benda atau daerah yang dirasa sukar disentuh umum.
Tak hanya itu, Denada juga melakukan antisapasi dengan selalu membawa hand sanitizer dan sabun cuci tangan.
"Kayak beberapa kali kita harus pergi ke rumah sakit untuk antar Aisha itu benar-benar menjaga physically distancing dengan orang-orang. Hand sanitizer aku di dalam tas ku selalu membawa dua yang alkohol base dan satu lagi aku selalu membawa sabun tangan," ujar dia.
"Jadi sabun tangan di rumah aku masukin ke botol kecil lalu aku masukin ke dalam tas. Jadi ke mana pun aku saat menemukan air aku langsung bisa cuci tangan. Akhirnya jadi menciptakan dan mencari sistem-sistem sendiri. Tapi ya kalau ditanya takut, khawatir, banget. Paranoid banget, apalagi ada Aisha," ucapnya.
Di luar kepanikan dan rasa takut akan virus corona, mantan istri Jerry Aurum ini mencoba untuk tetap produktif. Tak jarang dia membunuh rasa bosan dengan berolahraga.
"Aisha juga sempat ikut beberapa kelas dance online dari Indonesia," ucapnya.
Tak jarang dia melakukan sambungan video call dengan kerabat dekat di Indonesia untuk sekedar melepas rindu. Keberadaan media sosial juga membantunya agar tetap berpikir jernih.
"Kita harus bersyukur keadaan ini terjadi di saat teknologi itu sudah sangat maju. Kita bisa video call sama orang-orang yang kita sayang, kit bisa telponan, kirim foto, video. Dengan ada media sosial juga bisa membuat segala-galanya terasa lebih dekat," katanya.
"Itu sih yang dipergunakan banget, jadi memakai media sosial dan teknologi untuk tetap dekat dan stay in touch untuk merasa dekat dengan orang-orang yang secara fisik jauh," ujar dia lagi.
Seperti yang dirasakan banyak orang, rasa bosan akan kembali menghantui disaat kita terus-menerus melakukan kegiatan yang sama setiap harinya. Tetapi fase kebosanan itu harus diterima Denada dengan tetap berpikir positif.
Menurut Denada, dengan berdiam rumah secara tidak langsung kita sudah berkontribusi memerangi wabah virus corona. Tidak harus dengan melakukan hal-hal besar seperti menggalang dana, tetapi juga bisa di mulai dari melalukan hal kecil.
"The best we can do adalah berusaha untuk bepikir jernih. Melakukan apa pun kontribusi yang bisa kita lakukan untuk memberikan sumbangsih positif untuk keadaan seperti sekarang. Nggak mesti yang besar-besar seperti menggalang dana, kalau bisa alhamdulillah," katanya.
"Tapi kalau misalnya tidak mempunyai kapasitas atau tidak mempunyai kemampun untuk itu yang paling gampang adalah dengan di rumah aja memberikan kontribusi kita untuk mengakhiri pandemi ini dengan secepat-cepatnya," ujar dia lagi.
Reporter: Evi Ariska, Ismail, Yuliani, Rena Pangesti
Editor: Yazir Farouk, Sumarni