Rahasia Itu Diungkap, Jejak Perjuangan Glenn Fredly di Cahaya dari Timur

Sabtu, 11 April 2020 | 19:15 WIB
Rahasia Itu Diungkap, Jejak Perjuangan Glenn Fredly di Cahaya dari Timur
Penyanyi Glenn Fredly tampil di pesta perilisan album barunya berjudul "Romansa Ke Masa Depan" di M Bloc Space, Jakarta Selatan, [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kepergian mendiang musisi Glenn Fredly menyisakan duka bagi banyak pihak, baik itu keluarga maupun sahabat. Salah satunya adalah sutradara Angga Dwimas Sasongko.

Ya, Angga Dwimas Sasongko sempat bekerja sama dengan Glenn Fredly dalam film 'Cahaya Dari Timur: Beta Maluku'. Di film itu, Angga sebagai sutradara dan Glenn sebagai produsernya.

Mengenang Glenn Fredly, Angga Dwimas Sasongko pun mengunggah foto penyanyi asal Maluku itu bersama Presiden Joko Widodo saat berada di Istana Negara.

Dalam foto itu, terlihat Glenn Fredly bersalaman dengan Jokowi. Keduanya tersenyum. Di tangan kiri Jokowi, ada film Cahaya dari Timur. Di unggahan itu pula Angga membeberkan pesan mendalam dari film tersebut.

Baca Juga: Dewi Perssik Sering Disepelekan Penyanyi Lain, Tapi Tidak Glenn Fredly

Lewat unggahannya di akun jejaring sosial Instagram @anggasasongko, Angga mengaku menyimpan rapat-rapat pesan dari pergerakan yang tersirat di film Cahaya Dari Timur.

Angga menuliskan, foto Jokowi dan Glenn penuh makna, seperti kemenangan, dari pergerakan Cahaya dari Timur yang disimpannya hingga Glenn Fredly berpulang.

"Foto ini penuh makna karena semacam kemenangan dari pergerakan Cahaya Dari Timur. Saya, Bung Glenn Fredly dan @bckyrds menyimpannya rapat-rapat, tapi saya rasa ini saatnya diceritakan," tulis Angga seperti dikutip Suara.com dari akun Instagram miliknya, Sabtu (11/4/2020).

Film Cahaya dari Timur, imbuh Angga, merupakan sebuah karya yang mengisahkan tentang hak seseorang untuk menentukan nasib sendiri.

"Film Cahaya Dari Timur: Beta Maluku, sejak dari judulnya adalah sebuah karya tentang "self determination". Hak menentukan nasib sendiri," tulis dia.

Baca Juga: Duet Glenn Fredly - Dewi Perssik Sempat Ditentang Label Musik

Pun Angga menuliskan dia dan Glenn menyadari bahwa konflik beragama di Ambon merupakan sebuah rekayasa yang dilancarkan saat masa transisi kekuasaan pada 1998 hingga 1999.

Kota Ambon, klaim Angga, dijadikan sebagai episentrum konflik selain sejumlah daerah lain seperti Poso dan Sampit.

"Kami sadar bahwa konflik beragama di Ambon adalah sebuah setting yang dilancarkan saat transisi kekuasaan 1998 - 1999. Ambon dijadikan episentrum konflik, selain beberapa daerah lain seperti Poso dan Sampit," tulis Angga.

Dia mengajak masyarakat untuk melihat lebih dekat tentang film Cahaya Dari Timur. Di film itu, ada lagu 'Hena Masa Waya'. Lagu itu, kata Angga, merupakan lagu anthem penentuan nasib sendiri oleh para orang Maluku.

Lagu itu, tulis Angga, sempat dilarang untuk dinyanyikan pada rezim Orde Baru. Kemudian, dia juga menyebut lagu lain di film itu, yakni 'Puritan' dan 'Pattimura' sebagai lagu perlawanan.

"Tengok lebih dalam di filmnya; lagu "Hena Masa Waya" yang ada di dalam film adalah self determination anthem orang Maluku yang bahkan pernah dilarang di masa Orde Baru. "Puritan" dan "Pattimura" adalah lagu perlawanan," tulis dia.

Angga juga menuliskan, karakter-karakter di film itu menyebut Jakarta dengan kata 'Jawa' untuk merepresentasikan hegemoni.

"Dalam kisah aslinya Tim Jakarta adalah lawan yang curang, begitupun dalam film, "Jakarta" adalah antagonisms. Merepresentasi kekuasaan terpusat yang merusak tatanan masyarakat Maluku lewat konflik," tulis Angga.

Sementara, Beta Maluku adalah pernyataan Glenn Fredly dalam menarasikan Indonesia Timur. "Baginya tidak ada Indonesia tanpa Maluku, Papua dan Nusa Tenggara," tulis Angga.

Menurut Angga, membawa pesan hak untuk menentukan nasib sendiri untuk orang-orang Timur yang masih termarjinalkan ke jantung kekuasaan merupakan sebuah kemenangan.

Apalagi, film tersebut ditonton oleh Presiden Jokowi di dalam Istana Negara yang menjadi simbol sentral dari sebuah negara.

"Membawa film dengan semangat dan isi SELF DETERMINATION tentang orang - orang Timur Indonesia yang sampai saat ini masih termarjinalkan masuk ke jantung kekuasaan, di mana HENA MASA WAYA berkumandang, ditonton oleh Presiden RI di dalam Istana yang menjadi simbol centrality, bagi kami adalah kemenangan yang kami simpan dalam hati," tulis dia.

Kata Angga, ini adalag bentuk yang dipercaya Glenn Fredly dalam perjuangannya. Angga Dwimas Sasongko pun menirukan perkataan Glenn Fredly kepadanya.

"Katanya (Glenn): "Kemasan boleh pop, tapi isi dan tujuan untuk kemanusiaan. Karena melalui pop, kita bisa merangkul lebih banyak orang"," tulis Angga.

Angga pun mengingat ketika penonton pemutaran Cahaya dari Timur di Istana Negara, dia dan Glenn pun berdiri di bagian belakang.

"Sambil rangkulan, kami senyum-senyum sendiri dan tertawa di beberapa kesempatan terutama saat scene lagu Hena Masa Waya. Selebrasi," tulis Angga.

Angga pun menulis, "Tuntas Bung. Tuntas. Rest in POWER, Kaka sayang. Panjang umur perjuanganmu!"

Unggahan Angga Dwimas Sasongko mengenang Glenn Fredly.[Instagram]
Unggahan Angga Dwimas Sasongko mengenang Glenn Fredly.[Instagram]

Pemutaran film Cahaya dari Timur di Istana Negara dan berkumandangnya lagu Hena Masa Waya memang memiliki kesan tersendiri bagi Glenn Fredly.

Dalam tayangan Kompas TV Musika Foresta, Glenn menyanyikan lagu tersebut hanya berbekal petikan gitar di dalam Hutan Manusela. Lagu selesai. Tiba-tiba Glenn pun menangis mengisahkan pesan di balik lagu itu.

Lagu itu, kata Glenn Fredly, mengisahkan tentang cerita rakyat orang Maluku. "Lagu itu cerita tentang bagaimana manusia awal-awal itu ada," tutur Glenn sambil terisak.

Sambil sesekali mengusap air mata, Glenn mengatakan air matanya bukan karena sedih, tapi karena orang Maluku sempat tidak boleh menyanyikan lagu itu gara-gara lagu itu dicap lagu pemberontak.

"Lagu itu dicap lagu pemberontak. Padahal lagu itu ada sebelum Republik Indonesia ada. Lagu itu jadi lagu identitas artinya negeri pertama, negeri di tempat yang paling tinggi," ujar Glenn.

Glenn mengatakan pemutaran Cahaya dari Timur dan berkumandangnya lagu tersebut di Istana Negara menjadi salah satu momen yang tidak akan dia lupakan.

"Lagu itu ada di Film Cahaya dari Timur. Film pertama kali diputar di istana, kembali ke istana. Pak Jokowi nonton inget banget. Waktu lagu itu berkumandang, itu momen yang nggak bakal aku lupa," ujar Glenn Fredly.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI