Suara.com - Aktor Adipati Dolken blak-blakan mengenai awal mula berkarier di industri hiburan Tanah Air. Dia bilang semua berawal dari ajakan sang kakak.
Dodot--demikian sapaan akrabnya--sebetulnya lebih tertarik menjadi atlet sepakbola ketimbang aktor. Tapi, cita-cita tersebut dikubur dalam-dalam karena faktor keuangan.
Karier Adipati Dolken bermula lewat FTV pada 2007. Baru selanjutnya, lelaki 28 tahun ini mendapat tawaran sinetron stripping, Kepompong. Dari sinilah namanya mulai melambung.
Seiring berjalannya waktu, Adipati Dolken juga mulai merambah ke layar lebar. Bahkan kekinian, dia pun menekuni dunia di belakang layar alias sebagai sutradara.
Baca Juga: Interview: Indra Brasco, Si Pengusaha yang Balik ke Dunia Akting
Lebih lanjut, berikut wawancara perjalanan lengkap karier Adipati Dolken bersama Suara.com:
Bagaimana sih awal mula kamu terjun menjadi aktor?
Awal mulanya ditawarin sama kakak buat ikut manajemen. Terus habis itu ketemu manajemennya dan kita sepakat kerjasama. Habis itu mulai casting casting casting terus dapet FTV pertama kali. FTV terus tuh kan. Barulah masuk sinetron 'Kepompong' zaman dulu itu. Sempet masuk ke Sinemart juga. Baru nggak lama dari itu masuk ke film. Film pertamanya Putih Abu-Abu dan Sepatu Kets.
Beberapa kali main film, ke sinetron lagi. Lumayan lama nih sinetron. Baru masuk ke film lagi, kali ini serius mau di film aja. Mulai dari film Malaikat Tanpa Sayap. Sampai sekarang deh di film.
Kenapa mau di film saja?
Sebenernya nggak ada sih oke gue mau di film aja. Sebenernya nggak kayak gitu. Cuma disaat gue dapet film terus, sinetron sadar, gue udah nggak bisa di sinetron. Jadi emang nggak dapet tawaran dari sinetron. Tapi, di saat film nggak ada, terus ada tawaran sinetron ya gue ambil. Fleksibel aja ya.
Baca Juga: Interview: Metamorfosa Gaya Bermusik Cinta Laura
Tahun berapa pertama kali terjun jadi aktor?
2007. Itu pas umur 16 tahun.
Ngomong-ngomong memang sudah cita-cita jadi aktor?
Nggak. Cita-cita gue pertama kali mau jadi pemain bola. Tapi main bola di Indonesia susah ya kalau nggak punya duit. Jadi yasudah lupain jadi pemain bola nasional. Dan fokus bikin tim bola sendiri. Kayak main bareng buat lucu-lucuan aja bukan buat serius.
Pernah ditolak casting?
Sempet. Tapi nggak lama sih. Mungkin dari 20 casting ada satu.
Bayaran pertama jadi aktor?
Rp 1,5 juta.
Merasa mulai terkenal saat terlibat apa?
Pas Kepompong. Itu mulai keliatan euforianya. Cuma itu di area TV saja, area sinetron. Mulai serius dan ngerasa dikenal banyak orang pas di Perahu Kertas, itu tahun 2012.
Sekarang juga sudah mulai merambah belakang layar?
Gue emang suka banget sama seni. Gue itu memproses diri gue untuk tahu, apa sih yang gue mau dari perjalanan hidup gue. Sampai akhirnya gue memutuskan dari base yang gue baca, apa yang gue suka, apa yang nggak gue suka, apa yang bikin gue nyaman, apa yang nggak bikin gue nyaman. Cuma akhirnya gue sadar, gue senengnya di seni. Apa pun yang gue lakukan itu berurusan dengan visual dan kreativitas.
Yasudah akhirnya gue berencana bikin satu production house (PH). Tujuannya bukan untuk gue memproduseri satu film. Tapi tujuannya untuk gue mempelajari jadi director. Tapi untuk menjalankan PH tersebut perlu banyak tim. Gue butuh produser. Gue butuh tim lain juga. Gue butuh orang yang kerjanya kolektif. Yasudah akhirnya gue membuat satu PH. Ketemu sama tim yang visinya sama, yasudah. Tapi cara kerja gue bukan karena gue sudah lumayan main film, tiba-tiba gue mau ajang mumpung bikin film. Nggak. Gue nggak mau kayak gitu. Sampai akhirnya gue mau berproses. Melewati tangga-tangga. Gimana caranya? Ya gue bikin video pendek dulu. Buat belajar mendirect. Mungkin selama gue jadi aktor, gue belajar juga. Sutradara mendirect beda-beda karakternya. Gue juga harus menentukan kalau gue jadi director maunya seperti apa. Apa yang mau gue sampaikan dari cara dan karakter gue. Itu butub proses panjang. Jadi sekarang gue masih belajar. Disaat gue siap, gue baru akan bikin film panjang.
Karya yang sudah berhasil disutradarai sendiri apa?
Film pendek lagi proses, skrip sudah ada. Kita lagi nunggu waktu yang tepat kapan syutingnya. Sambil ngumpulin timnya. Kalau yang sudah gue direct itu, dulu gue bikin behind the scene film Posesif juga. Ada beberapa cuplikan video. Sama video travelling. Karena setiap empat bulan sekali gue jalan keliling Indonesia buat bikin video brand. Video buat brand-brand juga sudah ada beberapa.
Lebih nyaman jadi aktor atau sutradara?
Gue sih sebenernya nyaman dua-duanya sih. Maksudnya aktor gue belajar dari situ. Saat menjadi sutradara gue menemukan cara menyampaikan kreativitas atau suatu ide, pemikiran yang beda aja. Gue bisa mengatur banyak sesuatu yang emang ujung tombaknya di sutradara. Jadi sutradara lebih mekar sebenernya. Jadi lebih menarik. Kalau aktor kan cuma satu. Kalau sutradara bisa melihat semuanya.
Ada sutradara yang dijadikan role model?
Nggak sih. Gue percaya setiap sutradara punya karakter sendiri-sendiri. Karakter gue juga begini. Ya referensi banyak sih. Gue berusaha menemukan jadi diri gue. Karena gue nggak mau plagiat. Jadi gue mau jadi diri sendiri.
Ngomong-ngomong apa nama rumah produksi yang kamu bangun?
Dot Entertainment. Kita juga punya majalah cetak dan digital. Itu bikin video, majalah juga.
Apa rencana proyek ke depan?
Bisa bikin film panjang