Lipsus: Artis di Pusaran Percobaan Bunuh Diri

Yazir Farouk Suara.Com
Minggu, 17 November 2019 | 08:08 WIB
Lipsus: Artis di Pusaran Percobaan Bunuh Diri
Ilustrasi stres, depresi [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Menurut Intan, banyak cara efektif yang bisa dilakukan seorang artis agar terhindar dari pengaruh negatif para haters hingga berujung depresi. Dia mencontohkan penyanyi Syahrini yang belakangan lebih sering menutup kolom komentarnya di Instagram.

"Seperti Syahrini, dia nutup kolom kementarnya kan, karena menurut dia dari pada capek-capekin hati, pikiran mending ditutup. Jadi si haters mau ngomong apa ya bodo amat ibaratnya. Yang nggak suka dia akan banyak, yang suka dia juga tetap banyak," katanya.

Perempuan kelahiran 23 November 1980 ini menerangkan, depresi mempunyai tingkatan berbeda-beda. Ada depresi ringan yang dapat diatasi sendiri hingga depresi berat seperti berhalusinasi.

"Bahkan sudah sampai kearah (halusinasi) dia mendengar orang ngomong, mendengar bisikan, itu yang bahaya. Karena kalau sudah depresi itu kayak punya dunia khayalan sendiri kalau tingkatannya berat," ucapnya.

Baca Juga: Lipsus Artis: Mereka yang Melawan Penyakit Mematikan

Ilustrasi [Suara.com/Iqbal]
Ilustrasi [Suara.com/Iqbal]

Ciri-ciri depresi sebenarnya sangat mudah dideteksi dengan pandangan mata. Terlebih lagi ketika yang mengalami depresi adalah sosok figur publik yang selalu tersorot kamera.

Biasanya, lanjut Intan, orang yang mengalami depresi terlihat dari gerak-gerik dalam merespons sesuatu. Mereka akan terlihat cemas dan memberikan respons berlebihan terhadap hal-hal kecil.

Intan mencontohkan mendiang Sulli, mantan personel girlband f(x), yang kepergiannya akibat bunuh diri bikin geger publik belum lama ini. Dia melihat Sulli telah perlihatkan tanda-tanda depresi sebelum ditemukan meninggal.

"Seperti video Sully yang waktu ada fans cowok mau deketin dia, terus keliatan gimana muka cemasnya, ketakutannya, jadi responsnya nggak normal. Kalau dia kan matanya keliatan cemas, ketakutan, ngerasa nggak nyaman. Jadi prilaku-prilaku keluar dari diri seseorang itu kalau stres keliatan," katanya.

Menurut Intan, serangan depresi ringan dapat disembuhkan dengan bantuan orang-orang terdekat hingga lingkungan sekitar. Sementara depresi berat harus melalui bantuan psikolog atau psikiater.

Baca Juga: Liputan Khusus: Relakah YouTuber Diusik?

"Biasanya orang begini dia butuh teman ngobrol, nggak harus kita memberikan saran. Dia sebenarnya hanya membutuhkan orang untuk mendengarkan. Kalau memang kita sebagai teman atau saudara yang baik, kita melihat dia merespons sesuatu sudah nggak wajar, kita harus bawa dia keahlinya," katanya.

Ada baiknya, kata Intan, sebelum terpapar depresi, lakukan metode pencegahan dini. Salah satunya dengan belajar menghargai diri sendiri dan tidak menggantungkan kebahagian pada orang lain.

"Kuncinya diri sendiri. Kita jangan selalu meletakkan bahagia kita itu di mana, kalau kita meletakkan bahagia itu di orang terus kalau orang itu ngecewain kita, kita sedih," ujarnya.

"Kita meletakkan kebahagiaan dengan uang, ketika kita nggak punya uang kita akan sedih. Tapi ketika bahagia itu diletakkan di diri kita, kita akan mengcreate bahagia kita seperti apa," kata Intan lagi.

Reporter: Yuliani, Sumarni, Evi Ariska
Editor: Yazir Farouk

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI