Interview: Marissa Anita, Antara Aktris dan Jurnalis

Minggu, 27 Oktober 2019 | 10:12 WIB
Interview: Marissa Anita, Antara Aktris dan Jurnalis
Marissa Anita saat berkunjung ke Redaksi Suara.com [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Ketika balik ke Indonesia tadinya pengen kerja buat majalah, eh ternyata ada pembukaan di Metro TV. Saya ikut programnya dia, batch kedua. Dan itu pengalaman tak terlupakan, selamanya Metro TV akan menjadi sekolah saya. Karena di situ, saya lulus, saya betul-betul menjadi jurnalis. Bergabung Metro TV selama lima tahun, baik itu di lapangan maupun itu di studio, akhirnya dipercaya membawakan morning shownya dia, sama Tommy Tjokro sama Prabu Revolusi.

Terus ya sudah setelah lima tahun di Metro, eh pengalaman saya dengan Metro luar biasa dari yang dimarah-marahin. Meskipun sudah sekolah jurnalistik nggak menjamin. Karena ketika di lapangan beda banget.

Apa pengalaman yang paling Anda ingat saat liputan?

Saya ingat waktu pertama kali laporan breaking news, bendungan Situ Gintung jebol itu tahun 2009. Dikirim kan, terus saya masih a u a u, terus sampai dibilang gini 'itu Marissa laporan nggak update-update, itu terus aja dilaporin, coba lagi'. Terus saya ya begitu, dimarahin sama bos untuk kebaikan saya, berarti dia koreksi harus meningkatkan skill saya, pandangan mata lah segala macem.

Baca Juga: Interview: Dian Sidik Sampai Tahu Cara Wiranto Menarik Napas

Sampai akhirnya dipercaya liputan ke festival terbesar di dunia. Seneng banget, itu luar biasa. Terus tahun 2012 dikirim ke Berlin meliput Berlin Festival, waduh bisa wawancara Robert Pattinson yang zaman dulu lagi hits terus wawancara yang lain. Itu gila banget.

Marissa Anita saat berkunjung ke Redaksi Suara.com [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Marissa Anita saat berkunjung ke Redaksi Suara.com [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Terus 2013 NET buka, di bulan Mei saya bergabung, pada saat itu NET media baru. Kenapa saya tertarik? karena saya meskipun di dunia berita, ciri khasnya serius. Tapi saya ngerasa kepribadian saya nggak serius-serius amat, cara saya membawakan informasi itu tidak dingin dan serius lebih ke keseharian. Nah NET itu menawarkan kolam itu. Gabung deh, terus tahun 2016 saya daftar S2, program beasiswa kedutaan Inggris dan dapet. Akhirnya saya memutuskan untuk rehat sebentar dari dunia jurnalistik.

Sebetulnya nggak rehat-rehat juga ya, karena kan jurusan yang saya ambil digital media. Karena saya pikir sebagai orang media semua kan melihat ya transisi media dari analog ke digital. ‘Gila nih, gue harus tahu makhluk baru itu’. Kalau nggak ya nggak nyaman, karena saya merasa nggak nyaman secara tidak sadar dengan digitalisasi media. Exciting sekali tahu internet, tapi ada sisi gelapnya dan itu saya dapatkan ketika belajar dan perhatikan sosial media. 2017 saya menyelesaikan S2, kembali ke dunia media sebentar, kemudian diajak main film sama Joko, waktu itu Folklore: A Mother's Love di HBO.

Kenapa sih tertarik dengan dunia film?

Ya itu kembali lagi yang awal kan main teater. Jadi dalam profesi saya itu, saya selalu punya dua jalur kebahagiaan, satu di media, satu adalah di perfilman atau teater, dari dulu sampai sekarang. Dan menurut saya dua hal ini cukup bahagia, karena terkadang ada yang nanya ‘mbak nggak mau nyoba nyanyi?’ aku nggak lah ya, dua ini aja cukup. Saya pribadi ya, kita tuh jangan terlalu banyak coba ini itu, tapi hasilnya nggak dalem. Kalau buat saya, maksimal itu dua tapi di dalemin. Itu juga harus fokus.

Baca Juga: Interview: Mengenal Tanta Ginting Sebagai Anak Band

Sukses sebagai aktris, bakal meninggalkan dunia jurnalistik?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI