Suara.com - Aktor Deva Mahendra sukses melakoni perannya sebagai Kiblat yang merupakan seorang Gus (sebutan anak Kyai) dalam film yang berjudul 99 Nama Cinta.
Dalam film itu Deva menjadi guru agama di pasantren milik ayahnya Kyai Umar yang diperankan oleh Donny Damara. Deva mengakui sebenarnya ia memiliki pengetahuan minim tentang Islam.
"Saya berdasar apa yang saya tahu saja. Ya anggaplah saya sok tahu karena saya pengetahuan agamanya paling minim lah mungkin di antara kita semua," kata Deva Mahenra, saat konferensi pers film 99 Nama Cinta di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (23/10/2019).
Baca Juga: Kurang Ilmu Agama, Deva Mahenra Canggung Jadi Seorang Ustaz
Tak dapat dipungkiri, Deva Mahenra kesulitan memerankan seorang Gus. Dia takut terjadi kesalahan saat mendalami karakternya seorang anak kyai. Baginya peran ini penuh dengan tanggung jawab.
"Kesulitan pasti. Berat ini merupakan tanggung jawab untuk itu. Saya banyak banget diskusi sama sutradara supaya memang tidak ada kekeliruan membawakan karakternya," ungkapnya.
Ditambah lagi lokasi syuting dilakukan di kawasan pasantren dan mereka harus berhadapan langsung dengan para santri yang turut bermain dalam film itu.
"Apalagi memang syutingnya kan di daerah yang lingkungan pesantrennya cukup kuat. Banyak sekali pesantren di sana sempat juga beberpa pemainnya yang jadi santri itu adalah santri beneran. Jadi mereka pun mengaplikasikan peran mereka," tutur Deva Mahenra.
Film 99 Nama Cinta menceritakan kisah hidup Talia (Acha Septriasa). Bagi Talia agama bukanlah hal utama dalam dirinya. Berprofesi sebagai produser acara gosip di sebuah televisi swasta, ia memandang kebutuhan dunia sebagai tujuan utama dalam hidupnya.
Baca Juga: Sadar Minim Ilmu, Deva Mahenra Canggung Perankan Guru Agama
Lika-liku Talia dalam menjalani hidup ternyata berujung pada pertemuannya dengan teman masa kecilnya bernama Kiblat (Deva Mahenra). Kiblat tumbuh dewasa sebagai Gus (anak Kyai), dia merupakan seorang guru agama di pasantren milik ayahnya. Pertemuan Talia dan Kiblat perlahan mengubah cara pandang Talia dalam memaknai arti agama.