Suara.com - Aktor Dian Sidik blak-blakan mengenai kedekatannya dengan sosok Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto.
Kedekatan mereka berawal saat Dian Sidik terpilih memerankan karakter Wiranto dalam film Di Balik 98 pada 2015. Untuk mendalami karakter, dia melakukan observasi langsung.
Ya, Dian Sidik berkesempatan menjadi ajudan pribadi mantan Panglima TNI itu selama beberapa hari. Kesempatan itu dimanfaatkannya untuk melihat dari dekat bagaimana sosok Wiranto.
Kepada SUARA.com baru-baru ini, Dian Sidik menceritakan pengalamannya itu. Mau tahu wawancara lengkap Dian? Simak berikut ini:
Baca Juga: Interview: Gilbert Marciano, Artis ABG yang Kini Jadi Advokat
Bagaimana sih awal mula bisa merankan karakter Wiranto dalam film Di Balik 98?
Semua berawal dari casting. Terus ditanya jadi apa nih? Jadi Wiranto. Nah saya observasi langsung tentang beliau. Saya pelajari karakter dan aksen dia bicara. Lalu saya terpilih. Dan saya diberitahu tim castingnya katanya yang memilih saya beliau sendiri. Saya sempat tertawa, itu mirip banget kata beliau.
Apa yang membuat tertarik memerankan sosok Wiranto?
Menurut saya pak Wiranto sosok yang gagah, tentara, jendral dan berwibawa. Saya melihat dari foto-fotonya emang keren-keren banget sih.
Sebelumnya memang incar peran tersebut?
Baca Juga: Interview: Babak Baru Kehidupan Roger Danuarta dan Cut Meyriska
Oh iya dong pasti. Pengen banget. Karena seru banget kalau bisa perankan Wiranto-nya. Keren.
Observasi jadi Wiranto ngapain saja?
Saya dapat beberapa hari bersama beliau. Kalau nggak salah empat hari. Saat itu kan musim kampanye, saya berama beliau. Luar biasa buat saya. Karena berada di samping pak Wiranto, lepas dari politiknya ya, beliau ini sebenarnya sudah sepuh tapi tetap ingin membuat negara Indonesia ini lebih baik. Pasti semua orang punya sisi baiknya. Saya melihat itu dalam Wiranto.
Empat hari ngapain saja?
Ngawal beliau. Jadi pengawal pribadinya diistirahatkan, digantikan saya. Saya juga ikut mengamankan jalannya beliau setiap sampai lokasi acara. Karena kan sering diserbu orang buat foto dan salaman. Saya tahu banget beliau capek. Jadi saya ikut bantu beliau. Saat itu mereka heran lihat saya karena nggak seperti ajudan biasanya. Saya ngelihat reaksi mereka familiar terhadap muka saya. Pokoknya saya ikutin aktivitas beliau seharian.
Perhatikan gestur tubuh Wiranto juga?
Iya perhatikan gerak gerik, bahasa tubuh dan kebiasan beliau. Jadi istilahnya nggak cuma lihat yang di hadapan publik aja tapi yang di belakang juga digali. Kayak cara dia menarik nafas.
Dapat pengalaman apa saja?
Waktu itu bertemu pertama kali di kantornya, di Hanura. Beliau ini mengajarkan kepada saya buat meditasi aktif. Itu meditasi yang jarang orang lakuin. Dia ngajarin saya. Itu cara dia buat tenangin diri.
Tanya alasan Pak Wiranto kenapa memilih Anda?
Itu belum saya tanya karena saking excitednya. Tapi memang beliau sendiri yang milih.
Kalau dari segi militer hal apa yang Anda didapat?
Tidak ada sih. Cuma belajar dari gerak geriknya. Intinya harus tegas, bijaksana. Cuma itu saja. Tapi yang saya rasakan pak Wiranto itu hatinya lembut. Tidak tahu orang menilai gimana. Orang yang tahu tentang meditasi itu hatinya pasti lembut.
Anda melihat sosok Wiranto bagaimana?
Dia itu gagah, karismatik. Di pikiran saya, dia itu gede besar sama tingginya saya lah. Ternyata tidak. Tapi dia keren banget. Karena dia tetap memikirkan politik dan negara. Kalau aku di usia dia, mending menghabiskan waktu dengan berlibur, santai, dan bebas dari kebisingan.
Pesan dari pak Wiranto yang diingat?
Dia ingin negara ini lebih baik. Dia mau generasi sekarang bisa menjadi lebih baik.
Lalu melihat insiden penusukan Wiranto kemarin seperti apa?
Pecundang. Ayolah kalau elo punya masalah selesaikan. Ini negara hukum. Ini orang (Wiranto) bekerja eh malah ditusuk. Pecundang banget. Banyak yang bilang ini drama settingan, aduh drama apa? Kenyataannya seperti apa. Emang ditusuk. Itu perbuatan pecundang siapa pun yang menyuruh dia. Apa salahnya beliau datang ke sana? Beliau cuma mau meresmikan sekolah.
Sudah jenguk?
Belum. Kapan saya sempat jenguk. Saya sibuk syuting. Hahaha Insya Allah ya.
Masih komunikasi sama Wiranto?
Saya di kasih nomor beliau dan ajudannya. Tapi handphone saya hilang. Jadi lost contact. Saya berusaha mengingat rumahnya lupa. Pokoknya handphone hilang sebulan setelah syuting Di Balik 98. Saya awalnya tidak sadar tapi baru ngeh kalau ada nomor dia di situ.
Terakhir, kepuasan apa yang didapat memerankan sosok Wiranto?
Bangga senang bisa memerankan karakter militer, jenderal yang kontroversial. Tapi saya bangga.