Suara.com - Sutarada Hanung Bramantyo menjamin film Bumi Manusia akan dibuat semirip mungkin dengan isi cerita novel aslinya. Bagi Hanung, novel karangan Pramoedya Ananta Toer itu ditulis dengan struktur yang sesuai dengan jalan cerita sebuah film.
"Jadi begini, saya tidak tahu Pak Pram itu belajar membuat novel dari mana. Tapi setelah saya baca novelnya berulang-ulang, struktur yang digunakan Pak Pram dalam menulis Bumi Manusia itu sudah mengikuti struktur tiga babak sesuai dengan film," ungkap Hanung Bramantyo, saat berkunjung ke redaksi Suara.com, di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (18/7/2019).
Hal ini juga membuat suami Zaskia Adya Mecca itu terkejut. Bahkan dia semakin kagum dengan kisah Bumi Manusia, karena saat awal membaca novelnya sudah terjadi inciting incident (titik plot atau peristiwa yang mengaitkan pembaca ke dalam cerita), yang mana novel-novel di Indonesia sangat jarang melakukan hal tersebut.
Baca Juga: Hanung Bramantyo Terkejut Minke di Bumi Manusia adalah Pemuda 17 Tahun
"Di mana-mana yang namanya film komersil, selalu ada ada di scene pertama ada inciting incident, sebuah incident yang tidak disadari tokoh utama kita tapi bisa merubah hidupnya," jelas Hanung Bramantyo.
"Contoh film Titanic, kalau Jack Dawson tidak menang pertaruhan nggak akan ada cerita Tictanic. Jack dapat tiket naik kapal Titanic ketemu Rose jatuh cinta ada pergulatan cinta dan akhirnya kapal tenggelam," sambung Hanung.
Menurut Hanung Bramantyo, inciting incident film Bumi Manusia terjadi di awal cerita saat Minke diajak Robert untuk ke rumahnya dan bertemu dengan Annelies, salah satu tokoh sentral di cerita Bumi Manusia yang di dalam film diperankan oleh, Mawar Eva de Jongh.
"Kalau Minke menolak saat itu, maka cerita Bumi Manusia tidak akan ada," sambung sutradara film Ayat-Ayat Cinta ini.
Hanung Bramantyo pun mengakui kerap mengubah cerita novel ke dalam sebuah film karena sangat jarang novel di Indonesia yang memiliki inciting incident.
Baca Juga: Hanung Bramantyo Tegang Jelang Penayangan Film Bumi Manusia
"Jadi kenapa saya selalu dianggap mengubah cerita novel, karena penulis anak-anak muda mereka kebanyakan curhat, bukan nulis novel. Termasuk ayat-ayat cinta. Saya melihat tokohnya itu Fahri itu sempurna sekali alim, ganteng, kekurangannya miskin. Tapi nggak ada inciting incident, makanya saya ubah," jelas Hanung Bramantyo.