Kenapa begitu?
Karena kalau dibilang penghasilan gue di YouTube antara modal yang gue keluarin buat konten yang terakhir ini ya, itu ya modal gue bikin konten. Jadi ya kalau sekarang gue pengin berkarya, kalau untuk subsciber ya yang mau subcriber silahkan, kalau enggak ya nggak apa-apa. Yang penting adalah viewers. Gue senang ketika ada yang bilang, 'kocak endingnya', itu berarti pemikiran gue yang gue sampaikan lewat karya nyampe. Dari situ kada terpacu 'ah gue bikin apalagi ya?' Jadi tertantang begitu.
Gimana pendapat lo soal fenomena prank di YouTube?
Kalau prank di YouTube gue lihat itu suka kontennya Baim-Paula. Kaya Baim jadi orang gila, sosial eksperimen gue suka. Kalau prank sendiri, banyak banget yang yang kaya kemudian jadi pocong, yang nakut-nakutin itu malah merugikan. Misalnya nge prank orang lewat kemudian dengan jadi pocong nakut-nakutin, kalau menurut gue itu meresahkan, nggak punya nilai jual. Itu sekedar nyari sensasi, nyari kepentingan viewer tanpa ada nilai.
Beda yang dilakukan Baim, jadi orang gila jalan-jalan di taman, abis itu dia pura-pura minta makan, setelah minta makan dia pergi lagi balik ke situ, bawa hadiah lah, gift. Karena telah membantu dengan rela. Dari situ nilai sosialnya ada, jadi kita menjadi orang yamg berguna dengan orang lain. Dan pada saat itu ditayangkan itu menjadi inspirasi buat orang lain.
Pilih jadi YouTuber atau aktor?
Untuk saat ini aktor.
Kenapa?
Ya kan aktor kan bisa punya banyak tempat. Punya media di televisi, bisa punya media di YouTube. Kalau gue aktor karena itu lebih universal gitu. Gue bisa berakting di YouTube, di televisi, bisa di panggung juga.
Baca Juga: Rumah Masih Dibangun, Mas Pur TOP dan Istri Pilih Ngekos