Suara.com - Penyanyi Yura Yunita merilis video klip baru lagu "Merakit". Dalam video terbaru tersebut Yura menggunakan bahasa isyarat.
Dalam video klip itu, Yura berkolaborasi dengan Galuh Sukmara Soejanto atau yang akrab disapa Bunda Galuh, pendiri sekolah untuk anak-anak tunarungu, The Little Hijabi.
Dari awal lagu hingga 1:40 menit pertama, Yura Yunita dan Bunda Galuh hanya menampilkan bahasa isyarat tanpa adanya audio.
Baca Juga: Yura Yunita Romantis di Java Jazz Festival 2019
Yura Yunita mengatakan, lagu "Merakit" ini menceritakan tentang perjuangannya mengejar mimpi mengeluarkan sebuah album, walaupun ada halangan yang merintangi.
Itu pulalah yang menjadi alasan Yura mengeluarkan video klip baru lagu "Merakit" ini dengan bahasa isyarat.
Penyanyi berusia 27 tahun itu ingin para penyandang tunarungu memiliki semangat untuk meraih mimpi.
"Bunda Galuh sudah pernah menonton video musik dan membaca lirik lagu Merakit. Kata bunda liriknya sangat powerful dan bunda sangat ingin teman-teman tuli merasakan betul lirik positif dari lagu Merakit ini," kata Yura Yunita saat dijumpai di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat pada, Kamis (16/5/2019).
Yura menjelaskan, ada perbedaan saat merilis video klip biasa dengan video klip berbahasa isyarat.
Baca Juga: Yura Yunita Masuk 3 Nominasi AMI Awards 2018
"Karena saat aku belajar bahasa isyarat dengan bunda, aku mendapat pemahaman sesungguhnya penggunaan bahasa isyarat untuk sebuah lagu itu sedikit berbeda dari mengisyaratkan kalimat sehari-hari," ungkapnya.
"Mengisyaratkan lirik lagu ada ilmunya. Kata bunda bahasa isyarat ini yang Insya Allah menurut Bunda bisa dipahami apa sih maknanya, pesan dari lagu ini," Yura Yunita menambahkan.
Selama proses belajar bahasa isyarat, Yura Yunita mengaku tak banyak menemukan kesulitan berarti.
Sebaliknya, Bunda Galuh yang mementorinya justru kaget lantaran dia bisa dengan cepat belajar.
"Bunda kaget juga (aku) cepet banget (belajarnya). Aku merasa dari situ tumbuh keberanian. Ngobrol sama teman tuli itu butuh keberanian," imbuhnya.
"Aku ngerasa kayak ngobrol sama teman yang berasal dari negara berbeda. Kayak ngobrol sama orang Belanda awalnya enggak ngerti ngobrol apa, tapi terbiasa bertemu, terbiasa ngobrol akan jadi ada satu frekuensi dan berkomunikasi," tandas Yura Yunita.