Daenerys Berpotensi Jadi Ratu yang Menakutkan di Game of Thrones

Ferry Noviandi Suara.Com
Senin, 06 Mei 2019 | 16:36 WIB
Daenerys Berpotensi Jadi Ratu yang Menakutkan di Game of Thrones
Emilia Clarke sebagai Daenerys Targaryen dalam serial Game of Thrones. [HBO]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perang melelahkan antara Winterfell dan sekutu melawan Night King telah usai. Namun dijamin, konflik dalam serial Game of Thrones tak berkurang.

Yang paling terlihat adalah sosok Daenerys Targaryen. Daenerys yang juga disebut sebagai Mother of Dragons ini memendam sejumlah amarah selama perang melawan Night King.

Ada beberapa alasan Daenerys marah. Salah satunya adalah fakta bahwa John Snow, orang yang dicintainya adalah keponakannya sendiri. Daenerys juga begitu berduka ketika salah satu orang kepercayaannya, Jorah Mormont harus tewas saat melindungi dirinya, dalam perang melawan pasukan Night King.

Daenerys Targaryen dan Jon Snow di serial Game of Thrones. [HBO]
Daenerys Targaryen dan Jon Snow di serial Game of Thrones. [HBO]

Di Games of Thrones Seaseon 8 Episode 4, amarah seorang Daenerys Targaryen pelan-pelan dimunculkan. Saat Tormund Giantsbane dan lainnya mememberikan pujian kepada Jon Snow dalam pesta kemenangan, Daenerys terlihat begitu tidak suka.

Baca Juga: Game of Thrones Season 8 Episode 4: Masalah Baru Setelah Pesta Kemenangan

Sikap perlawanan terhadap Jon Snow dan adiknya, Sansa Stark juga diperlihatkan Daenerys, ketika ia berencana untuk lansung menyerang Kings Landing. Sansa meminta kepada Daenerys dan pasukannya untuk beristirahat dan memulihkan kondisi pasca perang. Namun saran itu ditanggapi tak bersahabat oleh Daenerys.

"Aku datang ke sini dan membantumu dan sekarang kamu berani menyarankan agar kami membiarkan para pejuang dan pasukan kami beristirahat?" kata Daenerys dengan amarah. Hal tersebut membuat kecewa Sansa dan Jon Snow.

Game of Thrones [HBO]
Game of Thrones [HBO]

Varys memandang Daenerys dengan penuh perhatian dan kekhawatiran. "Aku khawatir tentang pikirannya," kata Varys kepada Tyrion.

Hubungan Sansa Stark dengan Daenerys Targaryen memang kurang mulus. Apalagi, Sansa meragukan Daenerys mampu memimpin 7 Kerajaan. Sebelum perang melawang Night King, Sansa bahkan terang-terangan menyatakan bahwa ia khawatir Winterfell akan dikuasai Daenerys.

Bila mengingat kebelakang, Daenerys Targaryen dikenal sebagai perempuan yang tega membakar musuh-musuhnya, yang tak mau sejalan dengannya. Meski ia tak sejahat Cersei Lannister, namun pemimpin yang tega membakar musuhnya jelas dikuasai amarah dan hasrat yang begitu besar.

Baca Juga: Mirip Tokoh Harry Potter, Patung Lilin Daenerys Game of Thrones Diprotes

Sophie Turner sebagai Sansa Stark di serial Game of Thrones. (HBO)
Sophie Turner sebagai Sansa Stark di serial Game of Thrones. (HBO)

Vox.com bahkan membandingkan Daenerys Targaryen dengan George W Bush saat invasi perak Irak. Baik Daenerys maupun Bush mengklaim memiliki tujuan moral yang mulia, menghapus perbudakan dan menggulingkan seorang diktator. Tetapi mereka tidak mengerti tentang akibat perang di negeri asing, sehingga mereka akhirnya menghadapi pemberontakan yang keras dan kejam.

Daenerys telah kembali ke tempat asalnya di Westeros asalnya. Ia merancang penyerangan ke Kings Landing. Dia memang seorang revolusioner, bekerja untuk menggulingkan dinasti Lannister dan menggantinya dengan pemerintahan baru.

Namun masalahnya adalah bahwa revolusi semacam ini sering dapat menggantikan tirani lama dengan tirani baru. Contoh klasik di sini adalah revolusioner komunis abad ke-20 seperti Vladimir Lenin, Mao Zedong, dan Fidel Castro,- para pemimpin yang merebut kekuasaan atas nama rakyat, tetapi akhirnya membangun struktur yang menindas rakyat itu sendiri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI