Interview: Denny Firdaus Pensiun Jadi Preman Gara-Gara Sinetron

Minggu, 13 Januari 2019 | 10:00 WIB
Interview: Denny Firdaus Pensiun Jadi Preman Gara-Gara Sinetron
Muhammad Jamasari bersama bintang sinetron Preman Pensiun, Deny Firdaus. (Instagram)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nama Kang Murad menjadi sangat melekat kepada sosok bernama asli Denny Firdaus. Karakter dalam sinetro Preman Pensiun itu begitu identik dengan lelaki kelahiran Bandung, Jawa Barat 43 tahun tersebut.

Ternyata sebelum terkenal sebagai seorang artis, Denny Firdaus berprofesi sebagai seorang preman asli. Pekerjaannya menjaga lahan kosong, menagih hutang, hingga menjaga klub malam.

Berbagai macam orang pernah dihadapinya dan berteman dengannya. Denny Firdaus bahkan mengaku pernah membuat orang menangis tersedu-sedu.

Semua itu dilakukannya hanya karena pekerjaan dan untuk bertahan hidup. Hanya melalui cara itu lah Denny Firdaus bisa menghidupi keluarganya.

Baca Juga: Syuting Preman Pensiun, Epy Kusnandar Sempat Kena Penyakit Mata

Hingga akhirnya, pekerjaan itu berhenti dilakoni karena Denny Firdaus terjun ke dunia akting. Berikut wawancara lengkap Suara.com pada Denny Firdaus:

Gimana awal kariernya masuk ke sinetron?
Dulu saya ikut diklat dari ormas ke ormas lain di seputaran Bandung, Jawa Barat sampai akhirnya saya gabung ke Elit Bodyguard. Ternyata saya nggak cocok terus ke 86. Di situ saya dididik dan dilatih olahraga. Terus jadi keamanan di klub malam, memang saya dulu susah cari kerja. Susah cari duit, resiko apapun saya jalani demi bertahan hidup. Cuma saya nggak langsung terjun jadi preman, cuma saya sering ketemu sama ketua-ketuanya preman.

Tamu saya juga banyak dari kalangan polisi, jadi di situ saya ketemu ngobrol satu sama lain ada kerjaan apa. Kemudian, saya membentuk 17 orang untuk keamanan. Sampai bertemulah dengan rekan namanya bunda Ully, pencari talent tahun 2014 ketemu.

Jadi Bunda Ully yang mengajak ke dunia entertaimen?
Sebenarnya gini, bunda Ully itu menawarkan tim saya yang 17 orang tadi buat ikut casting sama sutradara. Ternyata dari 17 itu cuma saya sama Kang Pipit yang ditarik sutradara.

Akhirnya mainlah saya di sinetron Preman Pensiun season pertama. Tapi di situ saya masih tetap jadi preman beneran. Kayak jaga klub malam dan lahan kosong.

Baca Juga: Demi Film Preman Pensiun, Epy Kusnandar Rela Lakukan Ini

Kemudian sampai sekarang masih jadi preman beneran?
Saya benar-benar pensiun dari preman beneran itu di season 2 Preman Pensiun. Waktu yang pertama saya masih jadi preman. Baru setelah saya tahu orang-orang banyak kenal saya, punya karya banyak orang nggak takut. Akhirnya saya terus main di sinetron kan.

Selama jadi Preman beneran, pernah nyakitin dan pukulin orang?
Saya mengamankan sering, berantem sering, mengancam orang pernah. Sampai orang menangis tersedu-sedu. Kalau bertaubat mah itu ukurannya hati, tapi mudah-mudahan di usia saya ini bisa mengubah.

Pertama syuting dibayar berapa?
Dulu saya awalnya ditawarinnya Rp 50 ribu, ternyata pada kenyataannya saya dibayar Rp 100 ribu plus rokok. Dulu harian itu cuma sampai dua bulan masuk, bulan ketiga saya disuruh bikin NPWP. Ternyata ada surat buat kontrak. Saya nggak baca langsung taken aja. Itu sebulan Rp 4 Juta. Alhamdulillah.

Bersyukur dibayar segitu kang? Bayarannya gedean mana sama jadi preman beneran?
Waktu jadi preman beneran itu cuma Rp 1 juta dibayarnya. Makanya saya jaga nggak cuma disatu tempat aja. Sekarang alhamdulillah banyak perubahannya.

Berarti enakan mana kang kerja di Preman Pensiun apa preman beneran?
Enakan di Preman Pensiun lah. Kan d isini kerjaannya lain, waktu itu taruhannya nyawa dan harus benar-benar pasang badan. Beda sama preman yang sekarang, enjoy dan tenang. Jantung kita nggak sport jantung.

Sekarang dibayar berapa untuk main film?
Untuk film ini diatas Rp 50 juta sekarang. Kemarin per episode kalau diminta ikut main di TOP (Tukang Ojek Pangkalan) sinetron juga naik sekarang Rp 1,1 juta.

Udah bisa beli rumah, Kang?
Saya selama rumah tangga 12 tahun saya mengontrak di Bandung. Saya belum punya rumah, tapi saya selalu berdoa setiap kali kerja menghibur dimanapun kayak waktu itu di rumah Ratu Atut Chosiyah dan Kraton Jogja saya berdoa semoga bisa beli rumah.

Karena kalau untuk urusan popularitas saya udah cukup. Sekarang saya berpikir bukan cuma pamor saja tapi duit juga. Karena sekarang belum punya banyak. Masih merintis. Yang penting cukup buat anak sekolah, buat jajan. Saya masih naik motor semoga ada jalan buat ke depannya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI