Vokalis grup band Jamrud, Krisyanto, jadi salah satu korban selamat tsunami Banten pada 22 Desember 2018. Saat kejadian, lelaki yang biasa mengenakan kacamata hitam itu sedang berada di rumah ibunya di kawasan Carita, Pandeglang, Banten.
"Jadi pulang ke rumah ibu di Carita hari Kamis. Kan kejadian tsunami itu hari Sabtu," kata Krisyanto memulai cerita.
Si pelantun Pelangi di Matamu ini tak merasakan firasat buruk sebelum tsunami menerjang. Hanya saja, dia sadar aktivitas anak gunung Krakatau yang berada di tengah laut memang agak berbeda.
Baca Juga: Selain Vanessa Angel, 6 Artis Ini Pernah Terseret Kasus Prostitusi Online
"Hari Sabtu itu aku ada di kamar lagi biasa main Instagram. Tiba-tiba terdengar letusan anak krakatau, soalnya dari rumah keliatan banget. Rumah ibu kan deket pantai. Larvanya itu merah banget keliatan jelas. Tiba-tiba jam 9 malem itu ada letusan yang terdengar, agak kenceng nggak kayak biasanya. Aku kaget," ujarnya mengenang.
Sekitar pukul 21.20 WIB, Krisyanto mendengar suara gaduh dari luar rumah. Warga sekitar berteriak dan memberitahu bahwa air laut mulai pasang.
Tak pikir panjang, Krisyanto dan keluarga keluar rumah untuk menyelamatkan diri ke dataran lebih tinggi. Ketika itu keluarga sempat kerepotan lantaran ibunda Krisyanto sudah tak bisa berjalan.
"Jadi dibopong naik motor karena mobil nggak bisa masuk. Aku duluan ke depan, parkiran mobil ada di 100 meter dari rumah. Akhirnya kita semua ngungsi," kata Krisyanto.
Krisyanto bersyukur gelombang tsunami tak sampai menghancurkan rumah di perkampungan sang bunda.
Baca Juga: Faye Nicole Bersyukur Vanessa Angel Terlilit Kasus Prostitusi Online
Setelah menyelamatkan diri, Krisyanto, keluarga, dan warga kampung itu selamat. Rumah mereka juga tak ada yang disapu oleh gelombang tsunami.
"Di pantai deket belakang rumah itu ada batu yang dipasang untuk pemecah ombak. Itu besar, dan lebarnya sekitar 20 meter, itu batunya besar-besar. Setelah batu itu nggak jauh ada sungai. Nah sepertinya itu yang bikin air nggak masuk ke kampungku. Tapi aku lari dan satu kampung lari karena takut gelombang susulan," ujarnya.
Malam itu, Krisyanto dan warga kampung memutuskan untuk tak kembali ke rumah. Mereka takut ada tsunami susulan.
Apalagi, suara letusan dari anak Krakatau masih terdengar sesekali. Suasana makin mencekam karena kondisi langit yang begitu gelap.
"Akhirnya memutuskan diam di masjid sampai subuh," katanya.
"Itu teguran dari Yang Maha Kuasa bahwa tidak semata-mata Yang Maha Kuasa mendatangkan bencana kalau nggak ada hal-hal yang menyimpang. Jadi kita harus sadar diri saja. Jangan buat Yang Maha Kuasa marah," katanya lagi.
Krisyanto kini sudah berada di Jakarta. Namun, dia masih terus memantau keluarganya di sana.
"Kemarin sempet ada gempa juga terus ngungsi lagi. Jadi sebenernya kalau gunung anak krakatau belum meletus masih terus khawatir," kata dia. [Sumarni]
Ade Jigo kehilangan istri dan rekan kerjanya akibat tsunami, klik halaman selanjutnya.