Suara.com - Nama Muhadkly Acho belakangan sedang naik daun dengan banyaknya film yang dibintanginya. Meski bukan sebagai pemeran utama, Acho, panggilan akrabnya, cukup banyak menghiasi film nasional yang tayang di tahun 2018.
Siapa sangka, karier Muhadkly Acho yang tadinya bekerja sebagai pegawai digital Agency itu justru mentereng di industri hiburan tanah air.
Ternyata Ernest Prakasa lah yang mengajaknya untuk berkarier sebagai seorang komika dan akhirnya kini menjadi pemain film.
Suara.com berkesempatan mewawancarai Acho untuk berbagi cerita dan pengalaman. Berikut hasil wawancaranya:
Baca Juga: Kisah Gading - Gisel di Susah Sinyal Jadi Nyata, Ernest Prakasa Syok
Karier lu awalnya gimana?
Gua inget banget awal-awal stand up, Ernest ikut kompetisi di Kompas TV masih season 1 belum ada penonton dan komunitasnya. Sementara gua waktu itu masih kerja kantoran di digital agency gitu. Kebetulan gua sama Ernest follow-follow-an (media sosial) gitu. Gua kebetulan dulu di Twitter sering bikin tweet lucu. Nah, ketika Ernest bikin komunitas Stand up Indo, dia berusaha ngajakin teman-teman yang suka komedi buat masuk. Dia DM gua, lu mau nggak latihan stand up. Sama aja kayak elu nge-tweet lucu, bedanya lu tuangkan dalam materi dan lu sampaikan di panggung. Gua tertarik, akhirnya ketemuan pulang kerja di Comedy Cafe Kemang.
Darisitu mulai tuh, kita tampil direkam upload youtube. Ternyata animonya tinggi, karena dibantu sama Radtya Dika juga. Tiba-tiba booming, orang demam stand up comedy. Waktu itu Ernest dan kawan-kawan masih terikat sama Kompas TV. Pas Metro TV bikin (acara serupa), akhirnya gualah yang ngisi sama Mongol dan Soleh Salihun. Jadi ada dua televisi yang menampilkan Stand up Comedy. Terus bergulir sampai sekarang. Sampai gua akhirnya ninggalin kerjaan, ada kesempatan main di film layar lebar. Gua terus ditawarin sama Starvision, film Bajaj Bajuri The Movie, setelah itu muncullah tawaran-tawaran.
Lu tapi ninggalin kerjaan yang udah enak, ditentang keluarga nggak?
Nggak sih, kebetulan keluarga mendukung. Menurut mereka, selama gua menjalani dengan enak, nggak masalah. Pastinya gua milih itu karena pertimbangan yang matang. Gua ninggalin kerjaan itu, nggak ujug-ujug. Gua kurang lebih, sambil stand up di tv, masih kerja juga. Sambilan. Gua pikir awalnya bisa, ternyata di tahun ketiga, gua memutuskan untuk memilih. Mau ke entertaiment atau ke IT. Akhirnya gua milih entertainment. Jadi mumpung momennya masih bagus, gua harus ambil. Karena untuk bekerja sebagai IT, gua bisa balik kapan aja, tinggal kirim CV dan pengalaman gua. Ternyata gua makin optimis, stand up bisa berkembang lebih baik.
Tapi ada pengalaman menyedihkan setelah memilih entertainment?
Pasti ada ya, karena kita di show-show awal kita nggak ada yang dibayar ya. Gua perform komersil pertama kali di Bandung bareng Raditya Dika. Cuma saat itu benar-benar cuma cari panggung, nggak berharap dibayar.
Tapi abis itu ada wawancara radio, beberapa kali. Dikasih uang transport, belum bisa dijadikan mata pencaharianlah. Baru beberapa bulan kemudian ada acara kampus, mulai ngundang stand up comedian. Ke luar kota, pernah di tahun 2011 atau kapan gitu. Permintaan untuk stand up tuh tinggi banget. Dari perusahaan-perusahaan juga, mau outing karyawan melibatkan kita. Dan mulailah ini bisa dijadikan mata pencaharian.
Pertama kali dibayar itu berapa dan acara apa?
Rp 300 ribu, di acara radio kalau nggak salah. Dari Provocative Proactive Hard Rock FM. Waktu itu konsepnya, komedian senior dengan stand up comedian. Talkshow lucu-lucuan gitu. Apa perbedaannya gitu.