Interview: Umay Shahab, Dari Bintang Cilik Jadi Musisi Folk

Minggu, 19 Agustus 2018 | 11:06 WIB
Interview: Umay Shahab, Dari Bintang Cilik Jadi Musisi Folk
Umay Shahab saat berkunjung ke redaksi Suara.com, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (13/8/2018) [Suara.com/Wahyu Tri Laksono]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pada delapan tahun lalu, penyanyi cilik Umay Shahab berkolaborasi dengan band Kuburan. Mereka membawakan lagu berjudul Senam Kesegaran Jasmani (SKJ).

Selain sebagai penyanyi, Umay juga terjun ke dunia akting dengan membintangi sinetron. Eneng dan Kaos Kaki Ajaib merupakan sinetron yang membuat namanya dikenal luas masyarakat Indonesia pada waktu itu.

Tapi predikat bintang cilik tak lagi melekat di diri Umay. Sebab, dia sudah beranjak menjadi remaja lelaki berusia 17 tahun.

Perjalanan kariernya juga mengikuti pertambahan usianya. Umay perdana membintangi film bersama bintang-bintang muda lainnya, yakni Arbani Yasiz, Cut Beby Tsabina, dan Adinda Azani. Film yang mereka bintangi berjudul Rompis.

Baca Juga: Lima Manfaat Tak Terduga Mengangkat Kaki ke Tembok

Suara.com pada beberapa waktu lalu sempat mewawancarai Umay terkait metamorfosa dirinya. Ternyata, Umay masih setia berada di jalur musik meski mulai sibuk dengan dunia akting. Genre musik yang dipilih Umay adalah folk.

Penasaran seperti apa metamorfosa Umay Shahab? Simak wawancaranya berikut ini:

Sekarang mulai sibuk main film. Karier kamu di bidang musik bagaimana?

Ada lagu single baru sudah rilis di spotify. Gue solo karier, nggak sama band. Judul lagunya Luka Semesta.

Kenapa masih mau nyanyi? Sebab tak sedikit penyanyi cilik yang banting setir ketika dewasa.

Baca Juga: Keponakan Raisa Jadi Penari di Pesta Pembuka Asian Games 2018

Ya waktu gue kecil kan ada masanya, banyak orang juga yang suka. Kalau sekarang bukan karena lagi aji mumpung, lagi main film dan sinetron. Tetapi karena aku sekarang suka lagu indie yang folk, kayak Payung Teduh, Star and Rabbit dan Danilla. Nah aku kepikiran, kan gue seneng, kenapa nggak bikin lagu kayak mereka. Daripada cuma jadi pendengar, gue pengen jadi pelaku juga.

Perubahan dari penyanyi cilik ke solois remaja gimana?

Gue nggak pernah berusaha mengubah image sih. Image itu kan perspektif orang lain. Jadi gue nggak pernah berusaha mengubah image gue, kayak nyuruh orang 'eh jangan panggil gue anak kecil lagi'. Gue ya tetep Umay yang dulu, pecicilan. Itu terserah mereka aja sih, tapi gue ya gue, nggak pernah berusaha tampil berbeda. Jalanin apa yang memang gue suka.

Umay Shahab. (Facebook)
Umay Shahab. (Facebook)

Tapi memang nggak mau berubah jadi lebih cool?

Nggak sih, tapi kalau perubahan sikap sih ada pasti. Manusiawi, alamiah. Kalau berusaha berubah jadi ambisius, cool gue nggak mau. Gue nggak suka pencitraan ya.

Serius main musik folk?

Iya folk digabung orkestra, ada sama temen dibantuin. Tapi atas nama gue. Ada folk, ada orkestra, itu dua hal yang nggak sinkron ya. Tapi gimana caranya lu ngasih hal yang berbeda, jadi bagus juga. Jadi umpamanya kayak ngasih nasi padang dengan harga sejuta. Itu musik yang gue mau tampilin.

Lagunya cerita tentang apa?

Luka Semesta. Semesta itu cara berpikir dan imajinasi gue, anggap aja pikiran gue. Jadi gue menggambarkan imajinasi gue seperti semesta, besar kan. Jadi Luka Semesta ini, otak gua, psikis gua atau cara berpikir gue yang terluka.

Umay Shahab. (Ismail/Suara.com)
Umay Shahab. (Ismail/Suara.com)

Berapa lama bikin lagunya?

Mungkin karena gue sering bikin puisi. Gue kan suka baca-baca puisi ya, dan bikin beberapa kali. Jadi lumayan ada stok puisi. Terus cara-caranya sama kan, terus gue satu-satuin aja. Musik dan lirik cuma sehari lah bikinnya. Hari itu bikin notasi, hari itu bikin lirik. Jadi satu lagu.

Total ada berapa banyak lagu dibikin buat single?

Baru satu sih, tapi rencananya sih udah ada beberapa yang tahap proses.

Sudah manggung sebagai solois?

Udah sih, udah dua kali di Bogor sama Tangerang. Dan alhamdulillah responsnya bagus, bahkan mereka tuh udah paham kalau gue manggung diem dan mendegarkan dengan seksama. Pasti penonton bilang gini 'eh, diem-diem'. Karena gue pasti sebelum manggung tuh bilang tolong hayati lagunya dan dengarkan seksama, supaya bisa menikmati momen. Dan jangan mainin handphone. Dan mereka menghargai semua responsnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI