Perubahan dari penyanyi cilik ke solois remaja gimana?
Gue nggak pernah berusaha mengubah image sih. Image itu kan perspektif orang lain. Jadi gue nggak pernah berusaha mengubah image gue, kayak nyuruh orang 'eh jangan panggil gue anak kecil lagi'. Gue ya tetep Umay yang dulu, pecicilan. Itu terserah mereka aja sih, tapi gue ya gue, nggak pernah berusaha tampil berbeda. Jalanin apa yang memang gue suka.
Tapi memang nggak mau berubah jadi lebih cool?
Nggak sih, tapi kalau perubahan sikap sih ada pasti. Manusiawi, alamiah. Kalau berusaha berubah jadi ambisius, cool gue nggak mau. Gue nggak suka pencitraan ya.
Baca Juga: Lima Manfaat Tak Terduga Mengangkat Kaki ke Tembok
Serius main musik folk?
Iya folk digabung orkestra, ada sama temen dibantuin. Tapi atas nama gue. Ada folk, ada orkestra, itu dua hal yang nggak sinkron ya. Tapi gimana caranya lu ngasih hal yang berbeda, jadi bagus juga. Jadi umpamanya kayak ngasih nasi padang dengan harga sejuta. Itu musik yang gue mau tampilin.
Lagunya cerita tentang apa?
Luka Semesta. Semesta itu cara berpikir dan imajinasi gue, anggap aja pikiran gue. Jadi gue menggambarkan imajinasi gue seperti semesta, besar kan. Jadi Luka Semesta ini, otak gua, psikis gua atau cara berpikir gue yang terluka.
Berapa lama bikin lagunya?
Baca Juga: Keponakan Raisa Jadi Penari di Pesta Pembuka Asian Games 2018
Mungkin karena gue sering bikin puisi. Gue kan suka baca-baca puisi ya, dan bikin beberapa kali. Jadi lumayan ada stok puisi. Terus cara-caranya sama kan, terus gue satu-satuin aja. Musik dan lirik cuma sehari lah bikinnya. Hari itu bikin notasi, hari itu bikin lirik. Jadi satu lagu.