"Saya tidak mau mendepak Serj, dia adalah teman saya dan seseorang yang saya sangat care. Tapi, sejujurnya saya tidak tahu bagaimana untuk mengubah pemikirannya. Kami semua telah duduk bersama dan telah melakukan banyak pertemuan untuk membahas soal ini. Namun dia benar-benar telah menentukan pola pikirnya dan itu tidak bisa dirubah," papar Malakian.
Uniknya, perbedaan kreatif antara Tankian dan para personil SOAD lainnya, diakui Malakian, adalah karena sang frontman memang bukan penggemar musik keras.
"Serj memang benar-benar tak pernah menjadi penggemar berat heavy metal atau rock. Saya tidak tahu apakah ia punya kecintaan yang sama dengan saya terhadap jenis musik ini," ungkap pria berusia 42 tahun itu.
"Saya tumbuh dengan poster Slayer dan Kiss di dinding kamar saya. Saya ingin menjadi seperti mereka suatu hari nanti. Nah, Serj tidak tumbuh dewasa dengan merasakan hal yang sama seperti saya. Dia tidak tumbuh sebagai diehard fan. Jadi, saya merasa keseluruhan pengalaman menjadi lead vokalis di sebuah band yang sukses besar sangat berbeda baginya, dibandingkan pengalaman yang saya rasakan," sambungnya.
Baca Juga: Hal Mistis Bikin Band Koil Susah Rilis Album Baru?
Malakian menambahkan, para personil SOAD sudah tak sejalan dengan Tankian, bahkan sejak Mezmerize dan Hypnotize belum dirilis.
"Sejujurnya, Serj bahkan tidak mau membuat Mezmerize dan Hypnotize. Kami semua kala itu benar-benar memohon padanya untuk merampungkan dua album itu," beber Malakian.
Sebelum double-album tersebut, SOAD sendiri telah merilis tiga album bersama Tankian sebagai frontman. Ada album self-titled pada 1998, Toxicity (2001) dan Steal This Album! (2002). Namun, album Toxicity dengan sederet hit-nya jelas menjadi album breakthrough mereka, yang membuat empat pria Amerika Serikat keturunan Armenia tersebut mendobrak pasar musik internasional.
Ya, single-single ikonik macam Chop Suey!, Toxicity, Aerials, Needles dan Deer Dance memang everlasting dan masih terus dibawakan SOAD dalam gig mereka hingga detik ini.