Suara.com - Pelawak Ginanjar Soekmana yang terkenal bersama grup lawak Empat Sekawan ternyata saat ini disibukan dengan hal baru. Ginanjar belajar menjadi pendakwah.
Tak sendiri, komedian bertubuh mungil itu berdakwah bersama komedian lain, Taufik Lala. Ginanjar juga mendirikan Majelis Pengajian Pelawak yang sudah berdiri tiga tahun belakangan.
Bagi Ginanjar, tugas untuk menyiarkan agama bukan hanya untuk ustaz dan kyai saja. Siapa pun bisa menjadi pendakwah, termasuk pelawak.
Berikut wawancara suara.com dengan Ginanjar:
Jadi pendakwah, sudah sepi job melawak?
Melawak masih, sinetron juga masih tetap. Kalau acara dakwah gini bantu-bantu aja. Bukan berarti alih profesi. Kebetulan saya dan beberapa teman pelawak punya inisiatif setiap kali tampil dibarengi sama ustaz, dan disebutnya Canda dan Dakwah.
Ide Awal kepikiran nama Canda dan Dakwah itu bagaimana?
Dalam beberapa tahun ini lah muncul ide bikin Canda dan Dakwah. Idenya muncul dalam pengajian rutin kita, namanya Majelis Pengajian Pelawak. Dari pengajian itu muncul ide Canda dan Dakwah.
Pengajiannya sudah berapa lama?
Pengajian sudah tiga tahun terakhir ya. Saya sama teman-teman pelawak bikin itu. Sama Taufik Lala, Memed Mini, Bang Madit. Ketuanya Taufik Lala, pengajiannya sebulan sekali di rumah bang Taufik di Cibubur.
Kenapa pelawak bikin pengajian dan punya ide Canda dan Dakwah?
Ya kita juga ngundang ustaz di pengajian itu. Karena menurut kita, pelawak itu masih ada yang awam soal ilmu agama. Jadi selain ustaz ada kyai juga. Nah pas pengajian ada dua materinya nih, materi umum untuk semua orang boleh ikut. Ada yang khusus buat pelawak aja, karenakan masih banyak juga yang masih awam agama. Itu disitu kita belajar.
Kok belakangan peduli dengan agama?
Ya karena dakwah itu kan memang kewajiban buat muslim. Karena tugas syiar itu untuk berbuat baik, bukan hanya untuk ustaz, siapapun orangnya, profesinya, kalau dia muslim punya kewajiban untuk syiar islam, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Kayak saya, satu ayat aja disampaikan itu Insya Allah udah termasuk dakwah. Kayak saya barang kali bisa nambah-nambahin pahala, udah kebanyakan dosa kan. Makanya kita sebut Canda dan Dakwah, selain menghibur masyarakat, kita juga mengajak orang berbuat baik kan.
Mau hijrah seperti teman-teman artis lainnya?
Sebenarnya kalau ada teman artis yang mau berdakwah lewat profesi bisa aja. Penyanyi lewat lagu, pelawak lewat lawaknya seperti Kiwil. Malah ada yang fokus kayak Haji Akrie ya. Tapi buat saya nggak mau fokus, Karena hijrah itu ngga berarti meninggalkan pekerjaan lamanya tapi sambil menjalankan profesi sebagai komedian yang ada di televisi bisa juga syiar.
Bisa juga off air ada kesempatan tampil berdakwah dengan kapasitas sebagai komedian atau penyanyi. Kalau ada yang manggil khusus di Maulid Nabi gitu saya ambil. Tapi saya nggak mau dipanggil ustaz atau mubaligh. Saya maunya dipangil mau balik aja, hehe. Saya tetap pelawak aja. Tapi perlahan menjadi pribadi yang baik aja. Khususnya dalam materi lawak yang disampaikan.
Ada perubahan positif selama ikut pengajian di Majelis Pengajian Pelawak?
Jadi istilahnya begini, ketemu sama kyai dan ustaz kan kayak katanya kalau dekat minyak wangi jadi wangi, dekat ustadz semoga kebawa kebaikannya, dapat pencerahan juga banyak. Dapat ilmu bisa kita bagikan sesuai kapasitas kita. Kita juga jadi bisa menyikapi hidup, ada job, nggak ada job, tetap senang bisa bersyukur.
Job makin banyak?
Ya justru sekarang yang banyak acara keagamaan kayak gini untuk off airnya. Sebelum pak ustaz sama kyai isi ceramah. Kita pembuka dan pengantarnya dulu, ngelawak sambil sampaikan satu ayat. Bukan cuma di Jakarta tapi malah di berbagai daerah sering kita tampil.