Suara.com - Tak heran bila Lola Amaria berjuang agar film yang diproduserinya, Lima bisa lolos LSF untuk kategori usia di bawah 17 tahun. Lola ingin film tentang Pancasila yang digarap lima sutradara itu bisa ditonton seluruh masyarakat Indonesia.
Ketika Lima mendapat restu dari LSF, film yang disutradarai Shalahudin Siregar, Tika Pramesti, lola Amaria, Harvan Agustriansyah, dan Adryanto Dewo ini langsung diserbu penonton. Bahkan beberapa kelompok masyarakat membuat nonton bareng alias nobar film Lima.
Baru-baru ini, kelompok masyakarat mengadakan nonton bareng film Lima seperti: Komunitas Perempuan Berkebaya, Komunitas Cinta Berkain, SMA Gonzaga, Ibu-ibu Kadin, Alumni UI, Tokoh Lintas Agama, GP Ansor, Ibu-ibu Bhayangkari, Menku dan lainnya.
Musisi Purwacaraka sebagai salah seorang penonton mengaku puas dengan film Lima. Kakak kandung penyanyi Trie Utami itu menyarankan agar anak-anak sekolah berusia 13 tahun ke atas menonton film Lima.
"Ini film baik dan sangat bagus. Sangat layak ditonton oleh anak-anak remaja dan juga usia perkembangan. Saya rasa anak sekolah dasar 13 tahun keatas akan dengan baik menerima dan memahaminya. Tidak ada yang salah di film ini," ujar Purwacaraka usai nonton bareng.
Lola Amaria sebagai produser sekaligus sutradara mengaku sangat senang film Lima mendapat banyak apresiasi dari penonton Tanah Air. Apalagi, film garapannya bertema Pancasila, yang biasanya jarang dilirik penonton.
"Saya dan tim mendapat laporan di berbagai bioskop Tanah Air dilakukan nonton baremg film Lima. Saya berharap ini akan terjadi seterusnya dan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat luas," kata Lola Amaria senang.
Film Lima menampilkan cerita mengenai kehidupan dan permasalahan masyarakat Indonesia sehari-hari. Misalnya soal pluralisme, hukum yang tak memihak masyarakat bawah dan perisakan.