Interview: Dari Wartawan ke Sutradara, Simak Kisah Soleh Solihun

Minggu, 29 April 2018 | 10:51 WIB
Interview: Dari Wartawan ke Sutradara, Simak Kisah Soleh Solihun
Soleh Solihun saat menyambangi kantor redaksi suara.com di Jakarta, Jumat (13/4).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sosok Soleh Solihun mulai menjadi buah bibir usai tampil di sebuah acara stand up comedy pada 2012. Lawakan yang dibawa oleh laki-laki asal Bandung, Jawa Barat ini segera membawa langkahnya terjun secara resmi di industri hiburan.

Kepandaiannya menuliskan materi stand up comedy rupanya tidak datang begitu saja. Soleh Solihun punya latar belakang mumpuni di bidang tulis menulis semenjak berkarier sebagai wartawan hiburan.

Secara perlahan, bakatnya itu pun mulai dilirik para sineas. Soleh Solihun kemudian mencari peruntungan dengan debut sebagai aktor hingga terkini, ia menjadi sutradara untuk film Reuni Z.

Lebih lanjut, berikut ulasan singkat perjalanan karier Soleh Solihun ketika diwawancarai secara eksklusif oleh Suara.com.

Baca Juga: Soleh Solihun Rilis Kaset Stand Up Pertama di Indonesia

Gimana ceritanya sih dulu bisa terjun ke industri entertainment?
Dulu saya awalnya wartawan sampai tahun 2012, terus 2011 akhir stand up. Gara-gara stand up ditawarin main film.

Dulu jadi wartawan berapa lama?
Sekitar 7,5 tahun. Terus terjun jadi stand up gara-gara ditawarin aja.

Memang punya bakat stand up dari dulu yah?
Nah, kalau itu ada solehsolihun.com, disitu ada cerita mengapa dari wartawan tiba-tiba stand up.

Selama jadi wartawan ada suka dukanya nggak?
Menyenangkan jadi wartawan. Karena saya jadi wartawan di majalah yang saya sukai, maksudnya saya jadi wartawan musik jadi yah menyenangkan. Dukanya paling uangnya pas-pasan. Sukanya menyenangkan. Selebihnya sih menyenangkan, tidak ada keluhan pekerjaan saya selama menjadi wartawan.

Rasanya beralih profesi dari wartawan jadi stand up comedy seperti apa?
Alhamdulillah saya masih melakukan pekerjaan yang saya cintai. Karena kan sama-sama masih di hiburan. Dari dulu pingin kerja di bidang hiburan, entah itu wartawan atau jadi orang di balik layar, pokoknya masih di dunia hiburan. Karena saya nggak mau bekerja di luar bidang itu. Kalau kerja kantoran pasti capek. Makanya kerja kantoran juga masih di majalah musik. Yah karena masih berhubungan dengan dunia hiburan jadi yah masih menyenangkan.

Baca Juga: Interview: Della Dartyan Si Pencuri Perhatian di 'Love for Sale'

Tahun 2012 mengawali karier di film pertama Cinta Brontosaurus. Ada kesulitan nggak waktu pertama kali akting di layar lebar?
Ada sulitnya. Kayak paling ngapalin dialog waktu awal syuting itu sulit. Karena waktu awal-awal, ugh capek bener harus dihapalin karena dulu udah nggak pernah ngapalin apa-apa. Jadi pas syuting harus ngapalin, kesulitan banget.

Beberapa film yang dimainkan selalu bergenre komedi, memang minatnya di sana?
Sekarang sih kayaknya masih di situ. Tapi yah nggak tau juga. Saya nggak bisa bicara untuk hal yang belum terjadi. Kalau untuk saat ini sih masih nyaman di komedi, belum nguasain yang lain. Mungkin kalau perut saya sudah six pack baru pengin main film action.

Tapi emang berniat main film action?
Nggak. Yah tidak berencana jauh-jauh ke depan, Hahaha

Kabarnya sekarang juga sudah menggeluti bidang sutradara. Itu gimana mulanya?
Karena ditawarin sama PH (Production House) tahun kemarin 2017. Mereka mau saya nulis, nyutradarai film baru. Karena mereka menganggap saya cocok. Dulu tahun 2012-an setelah Cinta Brontosaurus juga Starvision sudah nawarin saya nulis naskah buat bikin film. Tapi saya tidak mau karena saya pemalas. Jadi nanti aja deh. Nggak tahu kemarin tahun 2017 tahun ditawarin, ya udah oke boleh jadi director, penulis tapi dibantu, nggak sendirian. Akhirnya udah.

Dulu kenapa sempat nolak tawaran nulis skenario film?
Yah pemalas aja. Dulu males belajar. Baru sekarang saja mau. Kemarin belum ada mood-nya saja.

Jadi pekerjaan sekarang boleh dibilang sudah tepat yah?
Saya merasa harus menikmati apa yang sudah saya lalui.

Perbedaan apa yang dirasakan setelah jadi seorang public figure?
Kalau dari sisi pekerjaan zaman wartawan juga sebenernya hiburan juga. Kalau dari sisi finansial yah sedikit lebih baik dari zaman jadi wartawan.

Dulu wartawan, sekarang artis, bedanya apa?
Yah lebih banyak pertemanan. Terus sekarang juga merasakan kalau dulu mewawancarai, sekarang diwawancarai, gitu aja sih bedanya.

Penghasilan sudah banyak, selama jadi artis sudah berhasil beli apa saja?
Nggak. Saya belum bergelimang harta. Saya bukan tipe ambisius harus punya rumah mewah nggak. Saya selalu menganggap kondisi saya lebih baik dari dulu. Itu aja sih. Saya selalu bersyukur. Soalnya kalau melihat orang yang lebih sukses itu nggak kelar-kelar. Patokannya gini, zaman jadi wartawan nggak gini, tapi sekarang bisa begini. Yah kalau saya dibandingin sama bintang film dan sutradara lainnya nggak ada apa-apanya. Secara karier dan finansial. Saya mensyukuri dari kehidupan saya jadi wartawan dulu sekarang akhirnya lebih baik.

Terakhir, hampir semua profesi di industri hiburan sudah digeluti, ke depannya tertarik jadi pengusaha?
Nggak. Belum ada uangnya. Haha, saya orangnya nggak pernah mikir buat jauh-jauh hari. Saya hidup untuk saat ini. Saya selalu beranggapan tidak usah memikirkan jauh-jauh, nikmati saja hari ini. Siapa tahu kan besoknya meninggal?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI