Suara.com - Penyanderaan penumpang pesawat Air France 139 bisa jadi merupakan salah satu kisah pembajakan paling dramatis yang pernah terjadi hingga saat ini yang disuguhkan dalam Film 7 Days at Entebbe.
Mengangkut 246 penumpang dari Tel Aviv menuju Paris, pesawat berjenis Airbus A300B4-230 tersebut dibajak oleh empat orang revolusioner berkewarganegaraan Jerman dan Palestina.
Kisah pembajakan dan penyanderaan penumpang pesawat yang diangkat Jose Padilha dalam layar lebar berdurasi 107 menit ini dibuka secara mengejutkan dengan adegan tarian kontemporer yang menghentak. Dilatari lagu berbahasa Ibrani, para penari seakan mampu mewakili rasa cemas dan kekacauan yang dikemas Padilha.
Ditulis oleh Geoffrey Burke, "7 Days at Entebbe" menceritakan proses operasi pembebasan tawanan penumpang pesawat Air France yang diberi nama Operasi Thunderbolt.
Baca Juga: Detik-detik Tutup Mesin Pesawat Air France Terlepas di Udara
Keempat revolusioner tersebut memulai aksi mereka dari Athena, Yunani yang kemudian mengarahkan pesawat untuk turun di Entebbe, Uganda.
Tuntutan revolusioner adalah dibebaskannya 52 tahanan politik Israel. Di satu sisi, ke 52 orang tersebut dianggap sebagai pejuang kemerdekaan. Namun di sisi lain, mereka semua dianggap sebagai teroris.
Selama berhari-hari, ratusan penumpang harus mengalami drama penyanderaan yang dilakukan oleh empat orang yang pada dasarnya bermoral rumit.
Puncaknya memasuki hari ketujuh, Perdana Menteri Israel saat itu, Yitzhak Rabin (Lior Ashkenazi) sepakat dengan keputusan Menteri Pertahanan Shimon Peres (Eddie Marsan) untuk mengirim bala bantuan militer ke Uganda.
Baca Juga: Review Film: Pertemuan yang Membuat "Terpana"
Selain Lior Ashkenazi dan Eddie Marsan, film ini juga dibintangi oleh Rosamund Pike sebagai Briggitte dan Daniel Bruhl sebagai Böse.
Di Indonesia sendiri, film "7 Days at Etembbe" dapat mulai disaksikan sejak 11 April 2018 ini.