Suara.com - Nama Della Dartyan cukup menarik perhatian karena aktingnya di film perdana berjudul Lover For Sale. Dalam film garapan Andi Bachtiar Yusuf ini, Della tampil berani saat melakukan adegan percintaan dengan lawan mainnya, Gading Marten.
Padahal, Della Dartyan sendiri mengaku sempat ragu untuk beradegan semacam itu, mengingat dirinya termasuk perempuan tomboi. Sebagai bukti, Della Dartyan mengkau perempuan yang gemar menggeluti kegiatan outdoor.
Suara.com sempat mewawancarai Della Dartyan tentang sisi lain dirinya sebelum menjadi aktris di Film Love For Sale. Ternyata finalis Puteri Indonesia 2013 ini punya hobi berkegiatan di luar ruang, khususnya naik gunung.
Sejak kapan menggeluti kegiatan outdoor?
Baca Juga: Cantik dan Pintar, Della Dartyan Pilih Menjomblo
Dari kecil sih, sudah suka aktivitas luar ruang gitu. Apalagi saya tinggal di Bali yang banyak wisata alamnya. Jadi bisa dibilang kegiatan ini sejak kecil dari dulu kala lah.
Kenapa suka kegiatan ekstrem ini?
Nggak sih, memang suka aja. Apalagi sekarang saya jadi host travelling, tambah senang lagi. Kan itu hobi yang dibayar yak jadinya.
Lebih suka naik gunung atau ke pantai?
Gunung sih, karena enakan gunung. Waktu itu saya naik gunung pertama ke Merbabu di Jogjakarta.
Baca Juga: Cerita Gading Marten soal Beradegan Panas Bareng Della Dartyan
Apa yang didapat dari naik gunung?
Banyak hal yang saya dapat sih di gunung. Saya jadi belajar soal filosofi hidup untuk diri sendiri. Banyak orang mencari ketenangan dengan ikut yoga atau meditasi lainnya. Kalau saya sih lari ke gunung, di situ saya merasa tenang. Apalagi pergi ke gunung itu sama saja seperti menggapai cita-cita kan, gimana caranya kita bekerja keras. Ketika kita mau mendaki, gimana cara kita menggapai impian agar kita bisa mencapai puncak. Ya itulah kita belajar di situ.
Sudah berapa gunung yang didaki?
Baru lima sih, Merapi, Merbabu, Prau, Lembu tapi ini pendek sih, satu lagi Gunung Gede. Baru sedikit.
Kenapa baru sedikit yang didaki?
Nah itu dia, aku nggak mau langsung yang tinggi kayak Semeru dan Rinjani, itu gunung tinggi. Aku mau step by step aja mendakinya biar dapAt feelnya. Aku mau kayak orang sarjana dari satu gunung yang pendek terus yang tinggi. Makanya aku mau habisin gunung di Jawa dulu deh yang tingginya 2000-an atau 3000-an. Nah nanti kalau sudah khatam baru deh ke gunung yang tinggi. Siapa tahu ke Rinjani bisa jadi ke Cartenz.
Dijadikan target?
Nggak juga sih, karena kan waktunya, karena ngehost juga. Kalau ada waktu paling nyolong-nyolong sama anak-anak teater saya. Berharapnya sih pas jadi host bisa naik gunung, biar sekalian, hahaha.
Gunung apa di Indonesia yang sangat ingin didaki?
Kalau di Indonesia jangka pendek sih pengin ke Lawu, Sindoro, Sumbing sekaligus tuh. Karena dekatan kan gunungnya. Kalau jauh sih Everest ya, tapi bukan ke puncaknya. Cuma paling di kaki gunungnya aja itu sih di daerah Nepal. Soalnya kalau Everest sih nggak sanggup, di kaki gunungnya aja udah cukup.
Pernah dapat pengalaman nggak enak saat naik gunung?
Nggak pernah sih kayak keseleo atau terkilir gitu. Alhamdulillah banget, padahal saya bawa carier lumayan 55 liter, isinya ada banyak, ada makanan sama baju. Terus nggak pernah pakai porter juga. Tapi alhamdulillah aman.
Kalau kejadian mistis pernah mengalami?
Nggak sih, soalnya itu kan tergantung niat kita mau apa. Kalau dari awal niatnya baik ya ngga bakalan ada kayak gitu. Saya percaya sih yang kayak gitu, makanya kita berbuat baik aja. Saya kalau naik gunung selalu sopan, ibaratnya kulo nuwun (permisi) dulu.