Suara.com - Ketika radio-radio medio 90-an dibombardir musik grunge bertempo cepat, terselip lagu berirama lamban tapi tetap menggelegar, distorsi berat serta rasa takut yang menjulang, dan lolongan Dolores O'Riordan adalah suara terakhir yang khalayak harapkan ada di atas semua itu.
"Zombie", single utama dari album "No Need to Argue" (1994) milik band rock Irlandia, The Cranberries, tengah populer di seantero jagad saat itu. Bahkan di Indonesia, lagu tersebut dibuat banyak versi, termasuk "house music" yang juga merebak di Tanah Air kala itu.
Lagu yang bertempo lambat tapi penuh distorsi itu menjadi pengingat dan mengejutkan banyak pihak, bahwa sejumlah "lagu kebangsaan" alt-rock bisa muncul dari negara yang tak terduga.
Lirik lagu “Zombie” sendiri ditulis Dolores setelah terilhami dari peristiwa pengeboman Bishopsgate, Inggris, tahun 1993 yang dilakukan Tentara Republikan Irlandia (Irish Republican Army; IRA). Ia menceritakan kepedihan bocah-bocah dalam peperangan dan yang akan mati pada peperangan berikutnya.
Selang 23 tahun setelah "Zombie" menghentak dunia, persisnya Senin (15/1/2018) sore, terdapat kabar yang tak kalah mendunia: Dolores O'Riordan meninggal dunia.
Ia ditemukan tak lagi bernyawa di sebuah kamar hotel di London, Inggris. Ia mati pada usia 46 tahun.
Menyanyi di Antara Onak
Dolores mampu membuat tujuh album mayor selama 24 tahun berkarier bersama The Cranberries. Guratan karya yang mengesankan dan menantang, karena dibangun di atas fondasi album multiplatinum dan single-single yang tak hancur tergerus waktu.
Lagu awal Dolores dan bandnya yang menjadi hits sebenarnya bertajuk "Dreams" dan "Linger", yang terdapat dalam album debut mereka "Everybody Else is Doing it, So Why Can't We?” (1993). Setahun kemudian, baru mereka benar-benar dikenal karena "Zombie".
Rob Harvilla jurnalis musik The Ringer, menyebut Dolores—juga The Cranberries—memberikan warna lain dari alt-rock bervokal perempuan yang dirintis sejak era 80-an dan benar-benar disukai pada era 90-an.
"Dolores mampu menunjukkan lagu-lagu yang cantik dengan cara yang sangat keras kepala. Ia tampak mengambil inspirasi dari leluhurnya, yakni kemewahan ethereal (halus) Enya, skeptisisme sentimental Sinéad O'Connor, dan kemegahan U2," tutur Rob Harvilla dalam obituarinya.
"Tapi Dolores adalah bintangnya, dia memunyai kekhasannya sebagai perempuan yang bernyanyi di antara sekeliling onak. Ia bernyanyi dengan suara kegelapan yang manis," tambahnya.
Rob menyebut Dolores sebagai perempuan bintang penyanyi yang memakai mahkota duri atau onak di atasnya, untuk merujuk penampilan perempuan kelahiran 6 Desember 1997 itu pada video klip Zombie.
Namun, sebutan itu juga mengiaskan pengalaman masa kecil Dolores yang tak menyenangkan. Kesuraman masa kecil bersama keluarganya itulah yang menjadi tema sentral dari segenap lirik maupun musik bikinan Dolores di lagu-lagu The Cranberries.
Pelecehan Seksual dan Depresi
Dolores sejak berusia dewasa dan merintis karier sebagai penyanyi, sudah menderita anoreksia dan depresi. Ia mengakui, kedua penyakit itu dideritanya karena menjadi korban pelecehan seksual saat kecil.
Ia menuturkan, kisah kelam kehidupan masa kecilnya saat melakoni wawancara dengan Irish Independent, tahun 2013 silam.
"Aku sudah merasakan pelecehan seksual ketika berusia 8 tahun dan berlanjut hingga umur 12 tahun," tuturnya.
Ia mengungkapkan, dirinya dan keluarga pindah ke lingkungan perumahan yang sibuk sejak berusia 7 tahun.
"Ibuku menjadi tulang punggung dengan bekerja untuk membayar semua tagihan. Ayahku tak mampu hidup dalam dunia berkesadaran," imbuhnya.
Sang ayah benar-benar tak bisa melakukan apa pun untuk keluarganya, karena mengalami kerusakan otak permanen setelah terlibat kecelakaan.
Dolores tak mau mengungkap siapa pelaku pelecehan seksual terhadapnya. Namun, ia secara jujur mengakui apa saja pelecehan yang menimpanya.
"Dia (pelaku) memaksaku masturbasi saat berusia 8 tahun. Selama empat tahun sejak kali pertama dilecehkan, aku menerima banyak penderitaan dan tak bisa melawan. Aku hanyalah anak kecil saat itu," tuturnya.
Dolores menjelaskan, pelecehan seksual mengakibatkan dia menjadi anoreksia. Sebab, ia terjebak pada pikiran untuk terus membenci dirinya sendiri yang "kotor".
"Ketika masih kecil, maka Anda akan berpikir semua itu adalah kesalahan Anda sendiri. Itulah yang kurasakan pada awalnya. Aku mengubur semua peristiwa itu dalam-dalam karena malu. Aku berpikir 'ya Tuhan, betapa mengerikan dan menjijikkannya aku'. Karena beban pikiran itulah aku tak mau makan dan menderita anoreksia," terangnya.
Ketika mulai terkenal sebagai vokalis The Cranberries pada usia 18 tahun, Dolores berharap bakal bangkit dari keterpurukan. Tapi, Dolores salah mengira.
"Anda memiliki kebencian diri yang mengerikan ini. Dan kemudian aku menjadi terkenal saat berusia 18 tahun dan karier mengambil alih seluruh kehidupanku. Itu bahkan lebih sulit lagi. Jadi aku mengembangkan anoreksia. "
Ketika anoreksia menguasai dirinya, Dolores mengatakan ia seringkali melakukan "charade" (bersandiwara dengan diri sendiri) yang tanpa disadarinya berujung pada depresi.
"Ketika aku mencari di internet mengenai anoreksia dan memelajarinya, aku menemukan bahwa ini adalah patologi umum yang berkembang di kemudian hari. Jadi aku memakai permainan (charade) ini, wajah yang sempurna ini. Saya menderita anoreksia, depresi, gangguan. "
Dolores juga didiagnosis mengidap gangguan bipolar pada tahun 2016, menyusul pertengkaran pada sebuah penerbangan transatlantik dua tahun sebelumnya. Di dalam pesawat, ia meludahi petugas kepolisian.
Meski mampu terhindar dari hukuman pidana karena pertengkaran di dalam pesawat itu, ia didenda 6.000 Poundsterling.
Kegelapan yang Manis
Sebuah petaka tapi juga anugerah, itulah yang terjadi pada Dolores saat bergumul dengan depresi dan kecenderungan bipolarnya.
Sebagai persona, ia meluapkan semua hal tersebut dalam karakter vokal yang "gelap" sekaligus "manis", dan lirik-lirik tak biasa.
Ketika emosinya dikuasai amarah depresif, Dolores mampu menampilkannya melalui raungan bersamaan kebisingan pedal distorsi: ”Zombie”; ”Yeat's Grave”; dan, ”Daffodil Lament”, menjadi tiga lagunya yang mampu menggambarkan situasi tersebut.
Lirik lagu ”The Icicle Melts" juga secara eksplisit menggambarkan kemuraman masa kecilnya. Simak bait-bait yang menggambarkan ”kematian seorang bayi” dan ”tangisan seorang ibu” di dalam lagu tersebut.
Ritme manis pembuka lagu "Ode to My Family" dan juga vibran soprano Dolores pada "Ridiculous Thoughts" juga menggambarkan pengharapannya terhadap sebuah cinta Platonis, yakni rasa kasih yang seharusnya tanpa pamrih.
Sementara kemarahan Dolores terhadap pelecehan seksual terhadap anak, narkoba, aborsi, dan bunuh diri, terekam jelas dalam album solisnya "Are You Listening?" (2007).
"Dia bisa membuat kegelapan terdengar sangat manis, tapi kegetirannya tetap terasa pahit, seperti zombie," kenang Rob.