Sebut saja lagu Lennon berjudul "Power to the People"; "Working Class Hero"; "Give a Peace a Chance"; dan puncaknya adalah "Imagine" yang dianggap terkontaminasi ideologi Marxisme.
Bahkan, Presiden AS saat itu, Richard Nixon, dan senator Partai Republik Strom Thurmond menempatkan Lennon sebagai musuh nomor satunya.
Tak hanya FBI, seperti diberitakan The Guardian dalam artikel 20 Februari tahun 2000, Lennon juga dalam pengawasa dinas rahasia Inggris, MI5.
Mantan intelijen MI5, David Shayler, mengakui Lennon diduga memberikan dana ke sejumlah organisasi yang mereka anggap teroris.
"Lennon diduga memberikan dana kepada IRA (pejuang kemerdekaan Irlandia), dan Partai Pekerja Revolusioner Inggris yang berhaluan Marxis-Trotskyist," tutur Shayler.
Shayler juga mengungkapkan, Lennon turut memberikan dana kepada satu majalah Marxis bernama "Red Mole" yang digawangi Tariq Ali—teoritikus dan novelis Inggris—yang kala itu masih berstatus mahasiswa.
Semua dugaan tersebut hingga kekinian tak sepenuhnya terbukti.
Namun, Gore Vidal, penulis dan pembuat film dokumenter "The US Versus John Lennon", mengatakan tetap ada unsur konspirasi politik atas pembunuhan sang legenda.
"Siapa pun yang bernyanyi tentang cinta dan harmoni akan selalu berbahaya bagi seseorang yang gemar menyanyikan kematian dan pembunuhan," tuturnya beretorika.