Chapman meminta Lennon mau menandatangani album ”Double Fantasy”, kumpulan lagu-lagu terbaru Lennon dan Yoko.
“Dia sempat bertanya kepadaku, ‘apakah ada yang lain kau mau?’ Kubilang aku ingin berfoto dengannya. Setelah berfoto, dia tersenyum kepadaku dan menaiki limo,” tuturnya.
Chapman benar-benar seorang fans berat Lennon ketika sang idola masih tergabung dalam band legendaris Inggris, The Beatles.
Laki-laki kelahiran Texas, 10 Mei 1955 itu, tumbuh kembang di tengah keluarga disiplin. Sang ayah anggota angkatan udara AS. Sementara sang ibu adalah perawat.
Karena sang ayah terlalu ketat mengatur hidupnya, Chapman mulai memberontak pada usia 14 tahun. Ia memakai narkoba, bolos sekolah, hingga minggat dari rumah. Pada masa-masa itu pula ia keranjingan The Beatles.
Poster-poster Lennon mengkhiasi kamar peraduannya. Ia juga bertekad mendalami seni dan musik selayaknya Lennon.
Namun, masa-masa indah menjadi fans fanatik itu sirna setelah Lennon mengeluarkan pernyataan yang menyinggung Chapman.
"Kurasa, aku dan The Beatles lebih terkenal ketimbang Yesus," tukas Lennon.
Kalimat Lennon dalam berita karya jurnalis Maureen Cleave itulah yang dibaca Chapman pada surat kabar Evening Standard Maret 1966.
Sebagai pemeluk Kristen fundamental, ia marah, sehingga tergerak untuk menembak mati Lennon.