Suara.com - Aktor Ringgo Agus Rahman blak-blakan sempat menolak tawaran bermain di film "Satu Hari Nanti" saat ditawari oleh sutradara Salman Aristo. Menurutnya, persiapan film tersebut sangat pendek, apa lagi perannya sebagai Din diwajibkan untuk menguasai beberapa bahasa asing.
"Dua kali ditawarin, ah nggak bisa kayanya gue bilang. Waktunya hanya tersedia sepuluh hari, jadi kalau gue ambil film ini, sepuluh hari berikutnya gue berangkat dan harus sudah bisa belajar semua bahasa itu, nggak sanggup," kata Ringgo usai screening film "Satu Hari Nanti" di XXI Epicetrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (5/12/2017).
Ringgo akhirnya menerima tawaran itu setelah sutradara menyediakan guru bahasa khusus untuknya.
"Disediain guru bahasa, akhirnya gue merinding, gimana ya bisa nggak. Soalnya gue jadi tour guide berarti harus bisa banyak belajar bahasa," lanjutnya.
Baca Juga: 'Ngebet' Punya Anak Lagi, Ringgo Agus Kirim Kode Ini ke Istri
Bapak satu anak itu menargetkan menguasai peran Din dalam sebulan. Ringgo lagi-lagi ragu karena Aristo memintanya menguasai karakter Din dalam waktu 20 hari.
"Waktu yang gue pikir siap, waktu itu gua pikir sebulan lah, tapi dikasihnya 20 hari," tandas Ringgo.
"Satu Hati Nanti" merupakan film bergenre drama yang syuting di pegunungan Swiss. Film ini berkisah tentang empat insan yang salah dalam mengambil keputusan. Dampaknya mereka menjalani hidup dihantui oleh rasa takut atas kesalahan yang telah mereka lakukan.
Film yang juga dibintangi oleh Adinia Wirasti, Ayushita, dan Deva Mahendra akan tayang di bioskop Indonesia pada 7 Desember 2017.
Film ini, menurut Ringgo, dikhususkan untuk penonton film di atas umur 21 tahun karena alur ceritanya menyinggung persoalan dan konflik orang-orang dewasa.
Baca Juga: Sebulan Syuting di Swiss, Ringgo Agus Rahman Dilupakan Anak
"Kalau gue melihat cerita ini menarik ya, memang permasalahan dewasa, dan ini juga harusnya bisa diterima sama penonton dewasa, jadi sebenarnya ngomong masalah kedewasaan," lanjut Ringgo.
Di beberapa adegan ada scene Ringgo berciuman dengan Adinia Wirasti. Sehingga memerlukan orang yang berpikir dewasa saat menontonnya.
"Aneh aja kalau sampai pertanyaan kaya gini muncul (ciuman), saya sekalipun udah pernah lihat dari kecil dulu. Makanya kenapa dibutuhkan kedewasaan untuk berpikir," lanjutnya.
"Mari kita liat ceritanya tadi seperti apa. Kalau saya melihat ini bukan masalah salah atau bener. Kita bisa melihat misalnya banyak anak muda sekarang yang kita nggak tahu. Seperti misalnya saya pengen ngasih tahu alasan kenapa saya memanfaatkan orang. Saya memanfaatkan orang untuk tinggal bareng dan 3000 euro saya hemat gitu," terang Ringgo.