Livi Zheng, Gadis Blitar yang Jadi Sutradara & Produser Hollywood

Adhitya Himawan Suara.Com
Senin, 13 November 2017 | 20:50 WIB
Livi Zheng, Gadis Blitar yang Jadi Sutradara & Produser Hollywood
Sutradara, produser, dan aktris Livi Zheng di Jakarta, Kamis (9/11/2017). [Suara.com/Adhitya Himawan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pernahkah anda membayangkan gabungan sosok karateka, artis, produser, sutradara dan pengusaha sekaligus? Ya, sosok itu ada dalam diri Livi Zheng, wanita muda kelahiran Blitar, Jawa Timur.

Livi lahir pada 3 April 1989.Ia memiliki seorang adik laki-laki bernama Ken. Pada usia empat tahun, ia dan keluarganya berpindah ke Jakarta. Ia dan Ken berpindah ke Beijing ketika ia berusia lima belas tahun, dan ke Amerika Serikat ketika ia berusia delapan belas tahun.

Awalnya ia tinggal di Beijing untuk melanjutkan SMA. Saat tinggal di Beijing, Livi mempelajari seni bela diri Wushu. Dari Wushu inilah, Livi berhasil mendapat dapat beasiswa untuk belajar film.

Dari beasiswa yang didapat dari Shi Cha Hai Sports School, Livi kemudian melanjutkan SMA di Beijing. Disana, ia lebih memperdalam olahraga Wushu.

Pada tahun 2007, selepas lulus SMA, Livi pindah ke Amerika Serikat untuk mengambil kuliah S1 jurusan Ekonomi di Universitas Washington. Saat kuliah, Livi menekuni beladiri Karate. Livi mewakili tim Karate negara bagian Washington pada tahun-tahun ia berada di kampus dan memenangkan lebih dari 25 medali dan trofi untuk kompetisi wilayah dan nasional di Amerika Serikat.Livi memenangkan kompetisi dari 2009 US Open, Orlando, Kejuaraan Karate Terbuka Shorinryu Tahunan ke-36, sampai Turnamen Invitasional Federasi Karate Negara Bagian Washington 2010 dan Kualifikasi Federasi Karate Nasional AS.

Walau mengambil jurusan ekonomi, Livi mengakui bahwa film adalah dunia yang menjadi cita-cita sesungguhnya.

"Saya merasa apapun yang kita pelajari tidak pernah sia-sia. Sebetulnya passion saya sejak dulu di film. Tapi karena latar belakang keluarga banyak di bisnis, akhirnya saya mengambil studi ekonomi," kata Livi dalam wawancara di Jakarta, Kamis (9/11/2017).

Setelah menyelesaikan kuliah S-1nya di Universitas Washington, untuk memperdalam kemampuan ilmu perfilman, Livi memutuskan melanjutkan kuliah S2-nya di Universitas Carolina Selatan dengan mengambil jurusan Cinematic Arts.

Livi memulai karir sebagai sutradara pada tahun 2012. Namun untuk mencapai ini, sungguh tidak mudah. Ia sempat mengalami penolakan sebanyak 32 kali atas naskah skenario film yang ia susun. Ia menyadari memulai karir di bidang apapun, termasuk industri film, sangalah sulit. "Sebab itulah saya tidak pernah menyerah," ujarnya.

Pelan-pelan seiring waktu, Livi mulai membangun tim produksi sendiri Hingga saat ini Livi Zheng telah memproduseri 4 film Hollywood, diantaranya The Empire's Throne, Legend of The Best, Brush with Danger, dan yang akan rilis tahun depan yaitu Untitled Action Thriller.

Salah satu karya film miliknya, Brush with Danger masuk menjadi salah satu seleksi nominasi Oscar 2015. Film ini bersaing dengan film-film box office seperti Hunger Games dan Interstellar.

"Saya sekarang memiliki tim sendiri. Tahun ini ada delapan proyek pembuatan film," ujarnya.

Kiprah Livi Zheng dalam mengangkat Indonesia melalui filmnya terus berlanjut. Melalui karya film layar lebar berjudul "Insight", Livi memasukkan unsur beladiri pencak silat dan musik Indonesia.

Livi juga baru saja menyelesaikan empat proyek di Indonesia, antara lain film iklan berformat film pendek "Life is Full of Surprises" dan "Second Chance" yang proses syutingnya dilakukan di Sukabumi, Jawa Barat.

Dalam film "Life is Full of Surprises" yang diluncurkan bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2017 itu, Livi mengkombinasikan adegan bola api, cambuk api dan pencak silat sebagai adegan pembuka.

Meski menunjukkan kecintaan yang besar pada Indonesia sebagai negara kelahirannya, Livi belum memiliki niat untuk pulang ke tanah air. Sebab tim yang telah ia bangun sudah terlanjur mapan di Amerika Serikat. Jika ia kembali menetap di Indonesia, ia merasa harus kembali memulai dari nol. Bisa saja pengetahuan yang ia miliki dalam industri film AS berbeda dengan di tanah air. "Toh AS juga menjadi pusat perfilman dunia," tambahnya.

Meskipun belum mau kembali hidup di Indonesia, Livi sudah mendirikan perusahaan untuk mengimpor film dan mendistribusikan sendiri. Sayangnya, ia menolak menyebutkan PT yang telah ia dirikan. "Kan saya sendiri orang Indonesia. Masak orang lain yang menyebarkan film saya sendiri," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI