Suara.com - Artis peran sekaligus pendakwah Pipik Dian Irawati menjadi ibu yang tangguh karena harus mengurus sekaligus membiayai keempat anaknya sendirian sejak sang suami, Jefri AL Buchori meninggal dunia empat tahun silam.
Menjadi orang tua tunggal tak membuat perempuan yang akrab disapa Umi Pipik ini berkecil hati. Dia bisa berdikari dengan mendirikan banyak usaha dari butik hingga kuliner ayam geprek.
Bahkan, Umi Pipik bermimpi bisa membangun rumah tahfiz (penghapal Alquran) yang dikelola langsung olehnya.
Pipik telah membeli tanah di kawasan Cibubur, Jakarta Timur, untuk mewujudkan mimpinya itu. Dia mencari biaya untuk pembangunan rumah tersebut dengan menyisihkan 50 persen dari hasil usahanya.
Baca Juga: Umi Pipik Diminta Buka Cadar saat Promo "Surga Pun Ikut Menangis"
Bagaimana Pipik bisa mewujudkan misi mulia itu? Berikut hasil wawancara Suara.com:
S: Umi punya rencana bikin rumah tahfidz sejak kapan?
UP: Sebenarnya niatannya udah lama pengen bangun dan buat rumah tahfidz buat yatim. Tapi saya orangnya bukan yang ngandelin orang minta sumbangan. bikin proposal nggak mau.
Saya maunya itu dari hasil kerja keras saya dari rezeki saya. Saya berpikiran segala sesuatunya harus kuat dulu saya berpikiran gitu, makanya saya bikin usaha dulu gimana dari usaha ini nantinya bisa menghidupi usaha rumah tahfidz yatim ini.
Baca Juga: Umi Pipik Bicara Perceraian Indadari-Caisar
S: Berapa persen yang disisihkan dari usaha anda?dan dari lini usaha mana saja?
UP: 50 persen penghasilan dari bisnis kuliner ini. Saya juga punya bisnis butik juga nanti dari situ saya sisishkan juga.
S: Rencana bikin rumah tahfidz ini apa ada kaitannya dengan keinginan almarhum Uje?
UP: Nggak ada, ini niatan saya aja, bukan impian bersama almarhum.
S: Rencananya mau dibangunin dimana rumah tahfidz anda?
UP: Daerah Cibubur, tanahnya sudah ada 750 meter, sekelilingnya sudah ada tembok. Saya beli tanah di sana itu saya beli hasil penjualan dari rumah saya yang terbakar waktu itu.
Terus sudah dibagi-bagi sama ahli warisnya hasil penjualan itu, baru saya beli tanah di Cibubur dan saya beli buat rumah tahfidz itu.
S: Nanti rumah tahfidz itu hanya singgah karena kerjasama dengan yayasan lain atau gimana?
UP: Saya kan ada anak yatim saya yang dititipkan di Bekasi. Nah, nanti anak yatim saya tinggal di situ. Terus kita bina dan didik, dari TK, nanti juga ada guru-gurunya, ustadz, ustadzah supaya bisa jadi tahfidz Alquran. Diajarin juga soal sejarah Islam, sejarah Nabi-Nabi.
S: Tapi kenapa Umi bikin rumah tahfidz, bukan pesantren atau yayasan untuk tempat tinggal yatim piatu?
UP: Saya nggak mau kalau pesantren, nanti kesannya kalau pesantren itu orang nitip ke saya.
Saya nggak mau, biasanya kan ada orangtua yang seenaknya aja tapi nggak mau tanggung jawab gitu.
Saya nggak mau cuma dianggap cari sampingan aja, jadi niat saya sudah jelas anak yatim saya mereka tahfidz Al Quran.
Karena kalau mereka jadi hafizd Quran itu manfaatnya mereka bisa mendoakan orang tuanya. Hafiz Quran itu dia bisa menolong sepuluh anggota keluarganya masuk ke dalam surga. Itu tujuan saya.
Krena saya nggak mau anak yatim saya minta-minta, Insyaallah biaya dari saya sudah cukup. Intinya semoga mereka bisa bermanfaat buat orang tuanya dan bangsa serta negara.
S: Total sudah ada berapa anak yatim yang anda urus?
UP: Kurang lebih ada 15 orang, sekarang masih baru hafal surat-surat pendek aja. Saya kadang ngajarin langsung, kadang guru-gurunya juga.
S: Aktif menjadi pendakwah apa memang ingin meneruskan cita-cita suami?
UP: Sebenarnya bukan meneruskan, soal dakwah kan tugas saya, tugas kalian, dan tugas kita semua. Semua bisa berdakwah dengan cara kita masing-masing.
Kayak di restoran (Ayam Geprek Mbo Judes) yang saya buat ini, kan disetiap temboknya ada tulisan yang bisa mengingatkan para pengunjungnya. Semua bisa dakwah intinya, menasihati temen dengan cara baik kan itu dakwah.