Suara.com - Film berjudul "The Death of Stalin", mampu membuat banyak penonton di Inggris maupun Eropa Barat yang menyukai drama satire gelap tertawa terbahak-bahak. Namun, di Rusia, tak ada satu pun yang tertawa.
"The Death of Stalin" yang bakal diputar perdana di Inggris, 20 Oktober 2017, berplot kronik kematian pemimpin besar Uni Soviet Joseph Stalin pada 1953.
Wafatnya sang pemimpin, menimbulkan friksi di kalangan pejabat lain yang berebut tongkat estafet kepemimpinan negara adi daya tersebut.
Baca Juga: Partai Golkar Resmi Usung Khofifah di Pilkada Jawa Timur
Nikita Khruschev yang dalam film itu diperankan Steve Buscemi, berupaya melakukan de-Stalinisasi dengan mengutuk sang pemimpin serta menghasut rakyat untuk mendukung dirinya. Ia dibantu oleh Lavrentiy Beria (Simon Russell-Beale), kepala KGB.
Namun, konspirasi Khruschev-Baria ditentang oleh komandan pasukan Soviet saat Perang Dunia II, Goergy Zhukov (Jason Isaacs). Dalam film itu, jenderal legendaris ini mewakili poros lelucon yang gelap.
Jurnalis The Guardian sekaligus kritikus film Peter Bradshaw mengatakan, film tersebut layak disebut terbaik pada tahun 2017. Ia sendiri memberikan 5 bintang untuk film tersebut.
Namun, film tersebut justru menuai kecaman dari rakyat Rusia. Terlebih, film itu dirilis menjelang peringatan 100 tahun Revolusi Oktober Rusia yang pada tahun 1917 menjadi gerbang pembangunan Uni Soviet.
"Kematian seseorang tak bisa menjadi subjek komedi. Apalagi ini adalah pemimpin negara, pemimpin kami yang agung," kata Nikolai Starikov, politikus yang memimpin partai berhaluan nasionalis di Rusia, seperti dilansir The Guardian, Sabtu (14/10/2017).
Baca Juga: Detik-Detik Fitri Melahirkan di Mobil Patroli Polisi
Penulis buku sejarah Rusia modern terkenal itu juga mengatakan, tak satu pun sutradara maupun direktur film di negerinya yang berniat membuat film dark satire mengenai pemimpin negara lain.
"Stalin adalah pemimpin kami, dan saat Perang Dunia II, dia adalah sekutur Inggris. Bisakah kau membayangkan Rusia membuat film komedi tentang matinya raja Inggris?" sindirnya.
Sindiran Starikov itu merujuk pada direktur film "The Death of Stalin", yakni Armando Iannucci, yang merupakan warga Skotlandia keturunan Italia.
"Film ini jelas sebagai aksi tak bersahabat dari klas intelektual Inggris dan bagian dari propaganda anti-Rusia serta mendiskreditkan Stalin," tandasnya.
Sementara surat kabar berpengaruh di Rusia, Vzglyad, merekomendasikan agar pemerintah mengeluarkan kebijakan pelarangan pemutaran film itu di seluruh wilayahnya.
"Film ini jelas dibuat oleh orang yang sama sekali tak mengetahui detail sejarah Rusia," demikian menurut Vzglyad.
Pavel Pozhigailo, penasihat Kementerian Kebudayaan Rusia, mendukung desakan warga agar film itu tak diputar di Rusia.
"Film itu sangat provokatif, memicu kemarahan kaum Komunis di Rusia, dan secara umum memprovokasi rakyat kita," tutur Pavel.
Pekerja film Rusia, Roman Volobuev, mengatakan warga Rusia kekinian lebih sensitif terhadap segala hal mengenai sejarah mereka.
"Rusia modern lebih neurotik mengenai sejarah mereka. Bahkan lebih neurotik ketimbang era Uni Soviet. Dulu, ada film komedi mengenai PD II dan Revolusi Oktober. Sekarang, tema-tema film seperti itu sangat menakutkan," tuturnya.
Sejak kematian Stalin, rezim Uni Soviet melakukan perubahan besar-besaran terhadap mayoritas kebijakan ekonomi dan politik penerus Lenin tersebut.
Sistem kapitalisme yang begitu dibenci Stalin karena menyengsarakan rakyat, sedikit demi sedikit dipulihkan oleh rezim setelahnya.
Tak hanya itu, sejak era Khruschev hingga Gorbachev, wacana anti-Stalin atau dikenal sebagai proyek "de-Stalinisasi" terus digaungkan.
Namun, sejak keruntuhan Uni Soviet pada 1991, rakyat dan pemuda Rusia semakin menghormati dan merevitalisasi pemikiran maupun nama baik Stalin.
Juni 2017, Levada Centre Rusia, menggelar survei warga di seluruh warga mengenai "siapa pemimpin terbesar sepanjang sejarah rusia?". Hasilnya, nama Stalin kokoh menduduki posisi puncak, menyusul Presiden Vladimir Putin, dan penyair Rusia Alexander Pushkin.
Sementara Presiden Rusia, Putin, selalu mengambil jarak dengan tak pernah memuji Stalin. Namun, ia juga tak sekali pun melontarkan kritik terhadap Stalin.
Bahkan, pada era Putin, peringatan kemenangan Rusia terhadap Nazi Jerman selalu digelar secara besar-besaran dan sakral, sehingga mengumbar nilai-nilai positif Stalin.