Suara.com - Praktik perundungan atau bullying kembali jadi sorotan di Indonesia. Mirisnya, kasus ini dilakukan oleh pelajar dan mahasiswa.
Kasus pertama terjadi di lingkungan kampus, tepatnya di Universitas Gunadarma Depok, Jawa Barat. Dari video yang beredar di media sosial, seorang mahasiswa berkebutuhan khusus sedang dikerjai oleh teman-temannya.
Praktik bullying lainnya terjadi di pusat perbelanjaan Thamrin City, Jakarta Pusat, yang dilakukan oleh sekelompok siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) terhadap siswa berseragam putih.
Ternyata, praktik bullying bisa menimpa siapa saja. Mantan penyanyi cilik Tina Toon misalnya. Dia juga pernah di-bully sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).
Baca Juga: Minta Maaf ke Polisi, Jeremy Thomas Cabut Laporan di Propam?
Ingin tahu cerita lengkapnya, berikut ini wawancara Tina bersama Suara.com:
Dengar-dengar, kamu pernah jadi korban bullying ya?
Bully sih kalau aku pernah mendapat perlakuan seperti itu, waktu SD, SMP, SMA. Cuma pas kuliah sih udah nggak. Kayaknya mereka membully karena aku gemuk sekaligus publik figur. Jadi sasaran bullynya lebih empuk karena aku tadi kayak gitu. Tapi aku tipenya kan yang fight, fightnya itu aku harus jadi yang terbaik nih. Jadi rangking 1 dan beasiswa segala macam. Untungnya guru aku paham soal kondisi aku.
Perlakuan buruk apa yang sering kamu terima?
Bully yang aku terima itu dalam bentuk verbal kebanyakan. Tapi justru dalam bentuk verbal itu yang berbahaya. Karena kalau verbal pasti jatuhnya ke fisik, kan bisa trauma kalau semacam itu. Tapi aku juga pernah dikerjain ramai-ramai di lapangan tenis buat diajak ribut. Untungnya ketahuan sama guru, jadinya nggak jadi.
Baca Juga: Besok Sore, Sammy Simorangkir dan Viviane Menikah di Bali
Saat itu kamu mendapat pertolongan dari siapa?
Nah untungnya sekolah aku cukup menjaga murid-muridnya ya. Kebetulan meski aku gendut, aku kan berprestasi, jadi sinyalnya tuh kuat, dari guru dan pengawas untuk mengawasi aku. Nah tapi itu nggak terjadi dengan sistem sekolahan yang ada sekarang. Harusnya guru dan pihak sekolah itu, mereka sadar dan memberitahu kalau perbuatan kayak gini nggak boleh.
Pandangan kamu soal bullying gimana sih?
Menurut aku sih bullying ini udah lama terjadi ya. Dari zaman orang tua kita sekolah udah ada. Cuma kalau dulu medianya nggak sebanyak sekarang, medianya nggak mengekspose dan nggak seterbuka sekarang. Jadi aku sih nggak terlalu suka dengan praktik bullying ya, tapi mau gimana dengan adanya media sosial bersyukur juga bisa tahu hal-hal itu.
Jadi menurut kamu perkembangan teknologi informasi mendukung praktik bullying atau malah sebaliknya?
Ya ada plus minusnya kita masuk era globalisasi dan ikutin zaman. Ketika kita makin maju, bullying itu malah makin jadi dan di-follow up penanganannya. Itu bagus, karena dulu nggak kayak gitu. Korban bullying tersimpan rapat. Kalau sekarang Mulai dari sekolahnya tahu, dosennya tahu, rektornya tahu. Hingga sampai ke pemimpin tertinggi tahu yakni kementrian.
Cuma negatifnya dari teknologi, metode bullyingnya jadi semakin bertambah, karena jadi bertambah luas metodenya karena bisa diakses di semua sosial media manapun, tv maupun internet. Terus mereka terkesan bangga mengabadikan tindak bullying itu.