Suara.com - Serangan bom bunuh diri pada hari Senin malam (22/5/2017) di konser Ariana Grande di Mancherster Arena, Inggris, telah menewaskan sedikitnya 22 orang, termasuk anak-anak.
Serangan dilakukan oleh tersangka dengan membawa bom, menurut kepolisian Manchester.
"Penyerang, saya bisa memastikan meninggal di arena. Kami yakin penyerang itu membawa alat peledak rakitan, yang diledakkannya hingga menyebabkan kekejaman ini," kata Kepala Polisi Ian Hopkins, seperti dilansir CNN, Selasa (23/5).
Polisi yakin tersangka bertindak sendirian, namun investigasi terus dilakukan apakah tersangka bagian dari jaringan teroris.
Baca Juga: Bertambah, Korban Teror Bom Konser Ariana Grande Jadi 22
Sebanyak 400 polisi dikerahkan di malam itu. Jika dikonfirmasi sebagai insiden teror, hal ini akan menjadi serangan paling mematikan di tanah Inggris sejak pemboman London tahun 2005, yang menewaskan 52 orang.
Penonton banyak di antara mereka adalah penggemar Ariana Grande dari kalangan muda. Mereka meninggalkan arena setelah ledakan mengguncang venue.
Dalam keadaan bingun, orang-orang melarikan diri untuk mencari keselamatan. Suara sirene meraung-raung lalu menembus kepulan asap di luar arena.
Ledakan terjadi tak lama setelah Ariana meninggalkan panggung, menurut saksi mata.
Calvin Welsford, seorang petugas konser berusia 18 tahun, mengatakan bahwa ia mendengar sebuah "ledakan keras" beberapa menit setelah penampilan Ariana selesai.
Baca Juga: Bom di RS Militer Bangkok, 24 Luka-luka
"Ariana sudah di luar panggung, dia telah menyelesaikan aksinya," ujar Calvin.