Suara.com - Dedikasi Ananda Sukarlan di dunia musik patut diacungi jempol. Seorang master pianis dan komponis asal Indonesia yang tinggal di Spanyol itu tak melulu mempelajari seni dan musik untuk kepentingan diri atau bahkan komersil.
Ananda bahkan menjadikan musik sebagai sarana cinta dan kepedulian kepada sesama, khususnya anak-anak. Lelaki yang mencintai piano dan musik klasik atau yang disebutnya sebagai musik sastra ini terus menggali cara-cara unik agar musiknya berguna bagi banyak orang.
Dia menjadi satu-satunya orang Indonesia dalam buku "The 2000 Oitstanding Musicians of 20th Century" yang riwayat hidupnya dianggap paling berdedikasi buat musik dunia.
Di Spanyol, kiprah Ananda salah satunya adalah menciptakan metode bermain piano dengan satu tangan untuk anak berkebutuhan khusus.
Bagaimana kisah menarik ini selanjutnya? Tim redaksi suara.com berkesempatan mewawancarai Ananda di The Grand, Plaza Indonesia, Jakarta Pusat baru-baru ini. Berikut petikan wawancaranya:
Baca Juga: Hujan, Penuh Cinta dan Nostalgia Hiasi Konser Air Supply
Tadi Anda sempat bermain piano dengan satu tangan, apa ada tujuan tertentu untuk itu?
Metode itu sebenarnya saya bikin untuk anak-anak yang tangannya cuma satu. Karena nggak sesimpel seperti ya sudah kurangi saja lima jari yang lain. Saya baru tahu saat itu sekitar 2008 atau 2009 kalau ternyata balance badan jadi beda kalau main satu tangan.
Apa tujuan Anda membuat metode ini?
Dengan mengajar saya belajar dan saya juga bisa memberikan banyak hal pada mereka, juga kepercayaan diri untuk anak-anak.
Apakah Anda masih mengajar anak-anak berkebutuhan khusus sekarang, bagaimana dengan anak-anak yang lain?
Baca Juga: Pesaing Beyonce di Grammy, Tampil Apik Di Java Jazz 2017
Waktu di Spanyol itu saya bekerja sama dengan satu foundation (Fundacion Musica Abierta) untuk bisa mengajari anak-anak bermain piano satu tangan dan piano tanpa pedal kaki. Kalau sekarang, saya juga masih mengajar di Indonesia dari kota ke kota lain, biasanya saya pergi sekitar seminggu.
Bagaimana dengan kiprah musik Anda untuk Anak-anak Indonesia?
Saya bikin Yayasan Musik Sastra Indonesia (YMSI) sampai sekarang masih berjalan. Itu seperti les gratis untuk anak-anak yang tidak mampu. Sehingga mereka nggak usah seperti saya yang dulu sempat was-was soal enggak ada biaya padahal pengin belajar musik sastra ini.
Apa usaha Anda terhadap lagu daerah Indonesia dan lagu anak-anak yang sudah mulai punah?
Elaborasi musik. Saya punya Rhapsodia Nusantara. Itu ada ribuan lagu-lagu yang sudah saya mulai kumpulkan notasinya. Memang butuh banyak orang untuk mengerjakan ini. Ada beberapa ratus dan itu untuk material musik saya.
Apa kendala yang Anda Temui dalam perjalanan karier ini? Jatuh bangun Anda dalam membangun karya untuk sesama khususnya anak-anak?
Saya fun saja menjalani ini semua. Kan banyak teman-teman yang juga membantu saya. Kita harus bekerja sama supaya ekosistem ini subur.
Kenapa Anda begitu mencintai musik, pengalaman Ananda kecil apa yang membekas?
Mungkin karena waktu kecil ada piano bekas tinggalan teman keluarga Belanda. Karena saya tujuh bersaudara, kakak saya saja yang di les-in karena orang tua kami bukan orang kaya. Nah karena saya masih kecil saya enggak dihitung ikut diajari main piano. Maka saya bikin berisik, gangguin kalau kakak saya lagi ngajari yang lain. Akhirnya orangtua bilang, itu adikmu diajari saja daripada bikin berisik. Malah sekarang, saya yang paling berminat. Kakak-kakak saya enggak ada yang lanjut.