Suara.com - Legenda hidup Slank menjawab kritikan Slankers (penggemar Slank) yang menilai band yang dibentuk pada tahun 1983 itu sudah tidak kritis terhadap penguasa.
Jawaban Slank itu tertuang dalam album terbaru mereka berjudul Palalopeyank. Lagu-lagu yang mengisi album ke-22 itu sarat kritik terhadap orang-orang yang penyebar kebencian dan berita bohong atau hoax.
"Jadi hari ini tanggal 7 Febuari 2017 album Slank ke 22, Palalopeyank, sudah beredar. Buat penyebar berita hoax dan jalan kebencian, nggak usah emosi, marah, kita hastag-in aja #palalopeyank," ujar Bimbim, drummer sekaligus pendiri Slank, saat jumpa pers di markas Slank di Jalan Potlot III No. 14, Duren Tiga, Jakarta Selatan, Selasa (7/2/2017).
Ridho, gitaris band Slank, mengatakan bahwa lagu dalam album barunya merupakan kritik kepada orang-orang sok tahu ketika menanggapi persoalan.
Baca Juga: Slank Meriahkan Konser "Gue 2"
Menurut Ridho, album tersebut jadi jawaban terhadap Slankers yang selama ini menilai Slank sudah tidak 'galak' lagi terhadap penguasa.
"Dengerin lagu kita dulu (album baru)," pinta Ridho.
Senada dengan Kaka sang vokalis, album yang juga dijual di salah satu restoran cepat saji ini, bisa menjawab para pengkritiknya yang kecewa dengan lagu-lagu Slank belakangan ini.
"Kalau sudah denger nanti kita atur wawancara lagi," ujar Kaka.
Sayangnya Abdee tak terlibat dalam pembuatan album Palalopeyank karena alasan kesehatan. Namun, Slank memilih musik yang keras untuk 11 lagu di album ini, hanya satu lagu yang bernada pelan.
Baca Juga: Perkembangan Pelacakan Merah Putih Ditulisi Slank dan Metallica