Interview: Joe "P Project " Tanggapi Bentrok GMBI vs FPI

Sabtu, 28 Januari 2017 | 09:03 WIB
Interview: Joe "P Project " Tanggapi Bentrok GMBI vs FPI
Joe P Project ditemui di studio Persari, kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Sabtu (11/6/2016) [suara.com/Ismail]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebagai warga Bandung, aktor dan komedian Ju Hana Soetisna atau di kenal Joe P Project merasa prihatin kampung halamannya menjadi tak tenang setelah terjadinya bentrok dua massa organisasi masyarakat, Front Pembela Islam (FPI) dengan Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI), pada Kamis 12 Januari 2017.

Bentrok terjadi ketika imam FPI, Habib Rizieq Shihab, diperiksa di Mapolda Jawa Barat atas kasus dugaan penghinaan Pancasila.

Joe menyayangkan keributan itu terjadi karena warga Indonesia bisa bisa terpecah belah. Ia khawatir masing-masing nantinya hanya mementingkan kelompoknya jika tak mempelajari akar sejarah budaya Indonesia yang menjunjung tinggi toleransi.

Kata, Joe, Indonesia bukan Somalia yang mudah dipecah-belah.

Di sini juga, aktor yang sudah membintangi sedikitnya 35 film layar lebar ini punya argumen mengenai Ketuhanan. Menurutnya, Tuhan tak perlu dibela karena Tuhan lah yang justru akan membela kita.

Dalam sebuah kesempatan, suara.com sengaja mewawancarai aktor berusia 49 tahun ini untuk meminta pendapatnya soal FPI vs GMBI yang bisa bikin Bandung menjadi kota rawan konflik.

Berikut petikan wawancara suara.com bersama lelaki yang kami panggil Kang Joe:

S: Kang Joe tahu sepak terjang GMBI di Bandung?

J: Saya kurang tahu ya, soal mereka tapi setahu saya mereka itu lembaga swadaya masyarakat gitu.

S: Komentar Kang Joe soal keributan FPI dan GMBI di Bandung gimana?

J: Saya menyesalkan itu ya, memang kondisinya masyarakat kita saat ini sangat riskan untuk dibuat pecah belah.

Seharusnya kita jangan mau dipecah belah, kita harus belajar dari akar sejarah budaya kita. Jangan sampai kita terhasut oleh orang yang mengajak berpikir pendek.

S: Menurut Kang Joe, masih perlu tidak ormas yang melakukan keributan dipertahankan?

J: Menurut saya masing-masing organisasi masyarakat punya hak untuk saling menyampaikan pendapat. jadi tak perlu ada keributan. 

Ormas itu sebenarnya perlu, asal rulenya baik, serta memiliki program serta kegiatan yang baik tak masalah. Buktinya keduanya diobolehkan berdiri di Bandung, Indonesia.

S: Terus kalau memang sesuai dengan hukum, harusnya apa yang dilakukan Pemerintah agar ormas tak menjadi liar?

J: Seharusnya diperlukan peran pemerintah membina mereka. Harusnya setiap ormas yang ada di Indonesia itu memegang konsep ‘revolusi mental’ yang dicetuskan Presiden Jokowi.

Kalau setiap ormas memahami itu, mereka akan menapai tingkat pemikiran yang bagus. Sehingga mereka tak mudah terprovokasi dan terpecah belah yang menyelinap di ormas-ormas.

S: Apakah revolusi mental juga bisa diterapkan di ormas yang mengatasnamakan Islam?

J: Seharusnya bisa, ya balik lagi harus ditanamkan sikap asal usul bangsa kita. Seharusnya kita berpikir seperti ini, saya muslim tapi ayok kita menjadi Muslim Indonesia bukan menjadi Indonesia Muslim.

Itu yang namanya revolusi mental, kita sebagai muslim harus legowo, harus terbuka dalam pemikiran jangan punya rasa parno dan ketakutan.

S: Penyebab utama masyarakat kita ini gampang diprovokasi apa sih?

J: Sebenarnya masalah utamanya beakangan itu fanatisme yang berlebihan, seharusnya kita jangan punya fanatisme yang semu terhadap apapun, baik negara, agama, tokoh dan lainnya.

Ini bukan hanya berlaku untuk ormas Islam, tapi untuk semua ormas, warga Indonesia juga.

Karena kalau kita punya fanatisme berlebihan akan menjadi looser (orang yang kalah). Dalam berbagai ajaran agama apapun sudah disebutkan kalau sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.

Menurut saya Tuhan itu tak perlu dibela, justru Tuhan lah yang membela kita. Karena kita ini kecil Tuhan punya segalanya.

Kalau kita berpikir Tuhan perlu dibela berarti kita mengecilkan kuasa Tuhan.

S: Terus, menurut Kang Jo jika ormas yang melakukan keributan dibubarkan setuju nggak?

J: Kalau memang itu menjadi sesuatu yang perlu dan lebih banyak merugikan masyarakat, kenapa tidak.

Tapi tetap harus dilihat dulu dan atas izin orang yang memiliki wewenang untuk membubarkan.

Dilihat juga banyak manfaat dan mudaratnya dulu, makanya balik lagi kitanya harus pintar-pintar juga.

S: Menurut Kang Jo, ormas yang baik tuh seperti apa?

J: Ikutin rule, peraturan, pemerintah. Membantu masyarakat, membantu sesama manusia. Dan berusaha menjadi tidak provokator dan agitasi.

Membantu indonesia untuk menjadi lebih berwibawa, berbudaya dan sopan di mata dunia.

S: Kemungkinan negara kita pecah gara-gara isu-isu semacam ini ada nggak kang?

J: Sejak dulu bangsa kita nggak pernah terpecah oleh sara, menurut saya negara kita sudah besar dan bukan lagi seperti negara di dunia ketiga.
Kita bukan macam Somalia negara dunia ketiga yang mudah terpecah belah.

REKOMENDASI

TERKINI