Interview: Yusuf Mansur, Hidup Halal dan Amnesti Pajak

Yazir FaroukIsmail Suara.Com
Sabtu, 01 Oktober 2016 | 10:10 WIB
Interview: Yusuf Mansur, Hidup Halal dan Amnesti Pajak
Yusuf Mansyur usai peresmian pesantren Tahfidz Qur'an Daarul Qur'an, di Desa Cinta Asih, Karawang, Jawa Barat, Senin (20/6/2016) [suara.com/Ismail]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Untuk mereformasi kebijakan perpajakan secara simultan, pemerintah Indonesia membuat program Amnesti Pajak (Tax Amnesty) atau pegampunan pajak. Program ini ternyata disambut baik oleh Ustadz Yusuf Mansur.

Yusuf datang ke Direktorat Jenderal Pajak pada Jumat kemarin. Pemilik pesantren Daarul Qur'an ini melakukan deklarasi harta dalam negerinya.

Suara.com sempat mewawancarai Yusuf usai dia melaporkan harta kekayaannya di sana. Dia bicara mengenai alasan hingga pentingnya mau mengikuti program tesebut. Berikut wawancara lengkapnya:

Apa yang membuat Anda mau ikut program ini?

Sspiritnya adalah bagaimana selama ini saya belajar hidup halal, hidup toyib yang baik, kemudian babak baru nih hidup transparansi, kemudian regulasi.

Jadi bisa dibilang Anda mau mendukung program pemerintah ini?

Mendukung negara, mendukung presiden, mendukung pemerintah, mudah-mudahanan ini adalah perbuatan baik yang diridoi Allah.

Bagaimana perasaan Anda setelah melaporkan jumlah harta yang dimiliki?

Gue sih sudah lega dari dulu. Kalau lega kan kayak ada sesuatu yang disembunyiin, kan kita nggak ada yang disembunyiin. Saya mencoba membedakan sembunyi dengan tidak tahu.

Seberapa penting sih amnesti pajak menurut Anda?

Kalau setelah saya belajar sih akhirnya benar gitu, penting. Kalau sudah transparansi kan enak, nggak perlu ada yang gimana-gimana. Tinggal ke depan manti, yang tadinya tidak beraturan ke depannya menjadi beraturan.

Sebagian orang juga ada yang tak setuju dengan program ini. Tanggapan Anda?

Jumlah pajak saya tidak sebanyak pak Franciscus (Direktur PT Indofood Sukses Makmur Welirang) tapi spiritnya ini lho yang mahal. Bayangin ustadz Arifin ikut, saya junior ikut, sehingga kita jadi bagian yang menyeluruh dan menyatu sama negara, tidak bersebrangan, tidak membeda-bedakan. Tapi saya juga tetap menghargai teman-teman yang berbeda pendapat, namanya juga beda pendapat, pasti ada lah.

Bentuk pajak-pajak apa aja yang dilaporkan Anda?

Saya masih terus belajar. Saya cuma minta tolong diurus sama teman-teman pajak, diurus sama kawan-kawan pesantren, habis itu mereka kan konfirmasi ke saya. Yang belum benar saya bilang belum benar, yang bilang kurang saya tambahin. Jadi prosesnya gitu, ada yang mendampingi, saya juga tidak ingin juga salah, sehingga kedepannya jadi benar.

Berapa jumlah harta Anda yang dilaporkan?

Kalau itu kan juga menjadi rahasia perusahaan. Nggak usahlah, lihat spiritnya saja. Pokoknya saya bilang tadi, jangan dilihat soal jumlah, soal nilai. Tapi bagaimana bentuk dukungannya, bagaimana kita bergembira ikut serta. Yang penting saya tahu bahwa negara benar mengelolanya benar. Saya rasa kalau sudah begitu nggak ada yang keberatan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI