Deborah mengungkapkan, ajang ini sangat bermanfaat untuk membangun jaringan dengan para sineas dan produser film seluruh dunia.
"Kami tentu saja mempromosikan Indonesia kepada mereka, agar mereka tertarik untuk melakukan produksi film di Indonesia. Beberapa dari mereka sangat antusias untuk menjadikan Indonesia sebagai lokasi syuting film," ujarnya.
Balinale 2016 ternyata mendapatkan respons positif dari para produser dan film maker dunia. Jumlah film yang mendaftar tahun ini mencapai 355 film, yang berasal dari 55 negara. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya.
“Yang terpenting, membawa mereka (film maker dan produser internasional) ke Indonesia dulu. Setelah mereka melihat Indonesia seperti apa, industri filmnya seperti apa, semoga mereka tertarik untuk mengeksplor Indonesia lebih banyak sebagai lokasi syuting,” harap Deborah.
Dia juga ingin masyarakat umum ikut menyaksikan film-film yang diputar, sebab rencananya panitia akan menyiapkan layar lebar di depan gedung.
"Balinale sudah diakui secara internasional dalam hal kualitas dan keragaman programnya. Balinale memuat semua genre film, seperti independen, fiksi, dokumenter, film panjang, film pendek, dan fitur," katanya.
Selama ini, Balinale juga aktif berpartisipasi dan memberikan kontribusi bagi kegiatan industri film lainnya, misalnya, Asia Pacific Screen Awards (Brisbane, Australia), ASEAN International Film Festival & Awards (Kuching, Malaysia), Asian Film Commissions Network (20 member countries), dan American Film Showcase and Sundance Institute’s Film Forward.
Menpar Arief Yahya menyambut positif pelaksanaan Balinalle Film Festival 2016 tersebut. Event ini dinilainya akan memperkuat Bali dan Indonesia sebagai destinasi pembuatan film kelas dunia.
Film merupakan produk ekonomi kreatif yang terus berkembang dan makin pesat. Kini film ditangani okeh Bekraf atau Badan Ekonomi Kreatif.