Suara.com - Menandai 35 tahun berkarya di industri film, sutradara kenamaan Indonesia, Garin Nugroho mempersembahkan sebuah film bisu berjudul Setan Jawa. Nantinya premier film yang juga dibuat dengan gambar hitam putih tersebut akan dilangsungkan di dua negara, yakni Indonesia dan Melbourne Australia.
Untuk di Indonesia, film ini akan diiringi dengan musik gamelan secara live yang dibuat oleh Rahayu Supanggah dan dimainkan oleh para maestro yang berasal dari Solo, pada 3-4 Sepetember 2016 di Gedung Teater Jakarta mendatang.
"Tahun ini genap 35 tahun saya berkarya. Saya ingin membuat karya yang bebeda dan ingin mengajak anak muda juga membuat terobosan baru," kata Garin dalam di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, belum lama ini.
Setelah diperlihatkan pada masyarakat Indonesia, film yang berlatar era 1920-an dan 1930-an itu juga akan diputar di Opening Night of Asia Pacific Triennial of Performing Arts di Melbourne, Australia, pada Februari 2017, sebagai world premier. Kali ini, Setan Jawa akan diiringi musik orkestra simphony yang megah.
Film ini, kata Garin, menyatukan perspektif kontemporer dengan tari tradisi. Musik, hingga fesyen dalam ruang yang bebas akan interpretasi.
Setan Jawa bercerita tentang kisah dan tragedi pada awal abad ke 20. Di mana Setio, seorang pemuda dari desa miakin jatuh cinta dengan Asih, seorang putri bangsawan Jawa.
Sayangnya, lamaran Setio ditolak dan membuat mencari keberuntungan melalui pesugihan yang dikenal sebagai Kandang Bubrah agar bisa cepat kaya dan bisa melamar Asih.
Mereka pun lantas hidup bahagia dalam rumah Jawa yang megah. Seiring berjalannya waktu, Asih pun mengetahui bahwa sang suami menjalani pesugihan Kandang Bubrah dan mengambil keputusan untuk menemui Setan Jawa (Luluk Ari).
Ia meminta pengampunan agar suami yang sangat ia cintai, tidak menjadi tiang penyangga rumah saat ajalnya tiba. Tak disangka, ternyata setan itu malah jatuh cinta pada Asih, dan meminta Asih untuk mau merelakan tubuhnya untuk dia, agar Setio dia ampuni.
Garin mengatakan tema pesugihan diangkat lantaran dinilai belum banyak film yang menampilkan realitas tersebut di permukaan, padahal sebenarnya, lanjut dia, tema tersebut begitu akrab dengan masyarakat Indonesia, dalam berbagai hal, mulai dari cinta, ekonmi, sosial hingga politik.
"Belum banyak cerita mistik yang angkat tentang pesugihan, apalagi pesugihan Kandang Bubrah. Ini sebuah tema yang langka. Apalagi saya juga tinggal di Jawa, yang akrab dengan hal-hal seperti itu. Ini dekat dengan masa kecil saya," tutup dia.