Ulama Syekh Ali Jaber mengaku senang dengan adanya perbedaan budaya antara masyarakat Islam di Arab dan Islam di Indonesia ketika malam takbir menjelang hari raya Idul Fitri.
"Saya senang dengan banyak orang Indonesia yang seolah-olah masyarakat menyambutnya luar biasa," kata Ali kepada Suara.com di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Di Indonesia, banyak masyarakat berkeliling mengagungkan nama Allah di jalanan. Sedangkan masyarakat Arab Saudi sangat antusias mendengarkan takbir dari Masjid Nabawi dan Masjidil Haram.
"Di Indonesia ada malam takbiran sedangkan kita di sana kalau sudah masuk akhir Ramadan takbir hanya di Mesjid Nabawi dan Masjidil Haram," tuturnya.
Namun, dibalik rasa suka Ali melihat budaya malam takbir di Indonesia, dia menyangkan adanya beberapa oknum yang menodai perayaan tersebut dengan tawuran dan sikap kurang baik.
"Tapi saya mengharapkan bisa lebih tertib dan mencontohkan yang baik, jangan berteriak-teriak, ribut. Takbir kan khusul, zikir jadi kita harus terbawa khusyu, jangan kita berpakaian yang tidak pantas, merokok sambil bertakbir, hal ini kan tidak pantas dengan keagungan takbiran," ungkapnya.
Di mata Ali, malam takbir merupakan malam yang mulia. Dia berharap dengan ketertiban dan mengagungkan nama Allah dengan baik, bisa dijadikan contoh yang baik untuk agama lain.
"Takbir itukan sebuah kemuliaan,jadi kita harus tunjukan kesenangan, tapi kesenangan dengan sikap yang baik ahlak yang baik, jangan sambil menyatiki orang, apa lagi kita tahu di Indonesia ada orang yang agamanya berbeda. Nggak seperti di Mekkah yang orang agamanya Islam semua," kata dia.