Suara.com - Maraknya lagu religi yang beredar di masyarakat tatkala Ramadan tiba yang terkesan syiar, dakwah, menggurui dan menceramahi membuat musisi senior Eros Djarot gelisah.
Menurut lelaki 65 tahun ini, lagu-lagu religi yang mengungkapkan rasa terima kasih, kecintaan, serta kerinduan kepada Tuhan amat jarang di Indonesia.
Makanya untuk menjawab kegelisahannya itu, Eros mengeluarkan album berjudul Nabiku Cintaku. "Saya ingin mengajak publik untuk merasakan tentang keindahan memiliki Tuhan lewat album Nabiku Cintaku ini. Saya ingin memberi tahu kalau Islam itu Gembira," ujar dia saat peluncuran album Nabiku Cintaku di Bird Cage, Jakarta Selatan, Jumat (24/6/2016).
Album yang berisi delapan lagu ini berdasar dari pengalaman Eros sebagai Muslim. Dirinya merasakan kedamaian dan keceriaan selama memeluk islam dan menjadikan Muhammad sebagai panutannya.
"Hanya cinta, cinta dan cinta yang menggerakan hati saat bermesraan bersama-Nya," kata ayah dari Banyu Biru itu.
Album religi Eros ini banyak memasukan unsur musik jazz dan fusion. Irama itu terdapat dalam lagu Cintamu Ya Rasul yang didasari pengalamannya saat di Cordoba, Spanyol.
Selain itu, Eros juga mengajak musisi muda untuk menyanyikan lagu-lagu di albumnya, mereka adalah Gilang Samsoe, Fryda Lucyana, Mustafa Debu, dan Anwar Fauzi.
Eros juga dikenal sebagai budayawan dan politikus. Di dunia musik, Eros pernah menjadi komposer lagu untuk lima judul film di era 70-80an, yakni Kawin Lari (1976), Badai Pasti Berlalu (1977), Usia 18 (1981), Ponirah Terpidana (1984), dan Secangkir Kopi Pahit (1986).
Selain itu, dia juga melahirkan empat album studio, yakni Badai Pasti Berlalu (1976), Resesi (1981), Metropolitan (1984), dan Nona (1984).