Filmnya Diputar di Cannes, Ini Tanggapan Sutradara Muda Indonesia

Esti Utami Suara.Com
Selasa, 17 Mei 2016 | 19:05 WIB
Filmnya Diputar di Cannes, Ini Tanggapan Sutradara Muda Indonesia
Ilustrasi Festival Film Cannes. (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bagi Wregas Bhanuteja berdiri bersama dengan sutradara dari berbagai negara di Festival Film Pendek Cannes tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Tapi itulah kenyataan yang dialami sutradara muda asal Yogyakarta itu. Film pendek "Prenjak, In The Year of Monkey" besutannya, Minggu (15/5/2016) diputar bersama empat film pendek lainnya. Seperti L'enfance d'un Chef karya Antoine de Bary (Prancis), Limbo karya Konstantina Kotzamani (Yunani), Oh What a Wonderful Feeling karya Francois Jaros (Kanada), Le Soldat Vierge karya Erwan Le Duc (Prancis) serta film dari Hungaria Superbia olen Luca Toth.

"Ya, ini pertama kalinya saya datang ke Cannes," ujar Wregas Bhanuteja saat ditanya pembawa acara sebelum pemutaran perdana film Prendjak di Theatre Miramar, Cannes,

Lebih lanjut Wregas menyebutkan bahwa ia datang dari Jawa dan berharap filmnya bisa diterima. Wregas menjelaskan, Prenjak adalah nama burung tidak ada hubungannya dengan tahun monyet, hanya saja para pemain termasuk dirinya lahir pada tahun monyet menurut kalender China.

Selain itu tahun 2016 adalah tahun Monyet dan diharapkan akan membawa keberuntungan buat mereka. Film Prendjak yang hanya dibuat dalam dua hari itu berdurasi 12 menit.

Usai pemutaran film Prendjak, Wregas Bhanuteja mengakui bahwa ia tidak menyangka film yang dibuatnya bisa masuk dalam festival film Cannes, meskipun pada saat pendaftaran waktunya sudah sangat mepet.

"Lega rasanya sudah primier di Cannes lagi meskipun ada rasa khawatir dan "deg-degan", karena yang lihat banyak, mengenai tradisi Jawa apakah bisa diterima, ujar Wregas usai primier film Prendjak yang dihadiri sekitar 300 penonton.

Film Prendjak ini awalnya terinspirasi dari fenomena yang ada di Yogya tahun 80-an, ada seorang gadis penjual korek api dan seorang perempuan bernama Diah yang butuh uang karena perekonomiannya terbatas.

Dia mencoba menawarkan ke teman sekerjanya, sekotak korek api. Satu batang korek api harganya Rp10.000,-. Kalau mau, dia bisa melihat salah satu anggota tubuhnya. Karena dia nggak tahu mau ngapain lagi, dia jual korek api itu. Secara sederhana seperti itu.

Film "Perenjak' yang mengambil latar di Yogyakarta itu masuk dalam kategori "La Semaine de la Critique" dan akan diputar tiga kali di festival film tersebut.

Setelah diputar di Cannes, film tersebut akan diputar perdana di Indonesia pada Juni mendatang dan Wregas ingin karyanya bisa diputar di Yogyakarta. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI