"Bass Heroes", Ketika 15 Bassis Tampil Dalam Satu Pentas

Esti Utami Suara.Com
Kamis, 31 Maret 2016 | 07:41 WIB
"Bass Heroes", Ketika 15 Bassis Tampil Dalam Satu Pentas
Sebanyak 15 bassis dari berbagai generasi dan latar belakang aliran musik tampil bersama di Gedung Teater Jakarta, TIM, Selasa (29/3). (Antara/Yossy Widya)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Setelah satu dekade, barulah album kedua kompilasi bassis terbaik Indonesia muncul kembali. Ada nama Thomas Ramdhan, atau yang lebih dikenal dengan Thomas Gigi di balik ide besar ini. Ia mengakui cukup sulit mengumpulkan para jawara bas Indonesia ini untuk mengkurasikan dalam bingkai album instrumental.

"Ini memang sulit, selain saya dan keluarga juga sedang mengalami masa yang berat. Akan tetapi, di sinilah saya melihat inspirasi itu untuk bangkit dan ingin segera menyelesaikan kompilasi bassis ini setelah melihat kawan seperjuangan saya memainkan bas begitu indah," kata pembetot bas yang mengidolakan Flea, bassis Red Hot Chilli Peppers (RHCP) ini.

Peluncuran album Bass Heroes diselenggarakan di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Rabu (30/3/2016) malam. Warna merah melatari poster-poster yang menghiasi  Teater Jakarta sesuai dengan kover album CD "Bass Heroes 2".

Alat musik yang secara normal memiliki senar berjumlah empat ini rupanya mempunyai penggemar fanatik tersendiri, terbukti dengan banyaknya penonton yang memakai baju 'kebangsaan' pemain Bass Heroes ataupun band yang menaunginya.

Riuhnya penonton semakin menjadi ketika tirai yang menutupi ruang bergaya arsitektur Eropa klasik tersebut dibuka. Tiba-tiba seorang pemain bass memainkan bas berjenis "freetless" dengan tudung di kepala dan suasana lampu masih sengaja digelapkan untuk memberi kesan misterius.

Disusul kemudian tiga bassis memainkan lagu instrumental pertama, mereka adalah Swara Wimayoga atau Wima J-Rock, Arya Setyadi, dan Fajar Adi Nugroho. Gebukan drum dari Echa Soemantri terdengar bersinergi dengan tiga instrumen bersuara rendah tersebut.

Kali ini tata suara sukses untuk lebih dari satu bas karena didukung dengan tatanan ruang Teater Jakarta yang memiliki "ruang akustik' yang bagus, atau tidak memantul dan mampu meredam "noise".

Selain dari kemampuan soundman yang mumpuni, pemain juga memilih efek bas yang berbeda untuk memberikan kesan ramai namun tidak berisik dan memberikan kesan khas pada karakter bas masing-masing.

Wima yang lincah jarinya dengan teknik "picking" ala Japan Rock menggunakan efek elektrik agar suara tinggi seperti lead gitar, kemudian Arya bassis dari band Voodoo memainkan skala melodi lebih natural untuk mengimbangi "sound middle"-nya, sedangkan Fajar menjaga ritme memainkan nada dasar dentuman bas.

Menyusul lagu usai, tiga Srikandi bass Indonesia mulai memanaskan panggung. Mereka adalah Nissa Hamzah (bassis Omelete), Wanda Omar bassis muda, dan Icez mantan bassis grup Band Kotak. Mereka memainkan lagu instrumental berjudul "Tiga Dara" ciptaan Nissa yang tampak anggun dengan gaun hitam dan tetap feminim dengan sepatu "highheels"-nya.

Penampilan selanjutnya, giliran bassis senior Indro Hardjodikoro, pembetot bas yang sering tampil dengan Tohpati dan Erwin Gutawa ini lebih komunikatif dengan lelucon ringannya. "Lagu apa, ya, yang akan kita mainkan?" tanyanya kepada Echa Soemantri. "Oh 'Get Closer' sajalah," jawabnya sendiri.

Mulailah Indro dengan pemanasan lagu memakai teknik Slap bass yang terdengar cukup mahir karena mamainkan skala nada bas dengan rapi.

Setelah Indro, muncul bassis "botak" asal Madura, Adi Darmawan. Dengan mengenakan sarung, Adi memulai dari olah vokal suara bercengkok etnik. Cengkok tinggi suara Adi diiringi dengan nada basnya terdengar nuansa etnik dengan ambience mistik.

Ternyata cengkok melengking vokalnya didapat dari pengalamannya memainkan lagu dangdut. Disusul kemudian bassis Voodo, Arya Setyadi, pengajar musik ini dikenal dengan tehnik 'Typing' pada bassnya, atau memainkan senar bas dengan cara ditekan pada "freetboard"-nya dengan kedua tangan, termasuk tangan kanan yang seharusnya memetik senar (Apoyando).

Berbeda dengan personel lain yang lazimnya bermain bas diiringi instrumen lain minimal drum, Arya mahir memainkan bas tanpa iringan ketukan drum. Teknik ini juga dipakai pada lagu instrumental Arya pada Bass Heroes jilid pertama yang berjudul "She's Mine", dan dia terapkan lagi pada Bass Heroes jilid dua ini.

Sementara itu, permainan emosional ditunjukkan oleh Shadu Rasjidi (Shadu Rasjidi Band, aliran jazz), yang sempat membanting basnya dengan keras ke lantai panggung. Kemudian, dia pun mengeluhkan tingkahnya sendiri, "Waduh jadi fals suara basku."

Penampilan solo terakhir adalah Fajar Adi Nugroho, pemain bas pada grup Band Gugun Blues Shelter (GBS) tersebut merupakan pengganti Jono Ex-GBS. Dia banyak memainkan instrumen dengan sentuhan bas memakai teknik "Slap and Hammer" atau memukul senar bas dengan ibu jari, diiringi penampilan atraktif dari Echa Soemantri dengan ketukan blues sembari melakukan "tricking stick".

Perang bintang "bass session" tersebut ditutup dengan kolaborasi seluruh personel "Bass Heroes 2". Tampak pula hadir Chua (bassis Kotak) dan Bowie (Drumer Gugun Blues Shelter) di deretan penonton yang berteriak menyemangati rekan-rekan musisinya.

Secara keseluruhan "Bass Heroes 2" diramaikan 15 pemain bass session dengan mayoritas lagu instrumental. Mereka adalah Samuel Song (Three Song), Bongky Marcel (Ex-Slank B.I.P.), Indro Hardjodikoro (The Fingers), Shadu Rasjidi (SRB), A.S. Mates (bass session JavaJazz), Wanda Omar (Jabal Rootz), Adi Darmawan (Ligro Band), Yance Manusama (bass legend section), Nissa Hamzah (Omellete Band), Swara Wimayoga (J-rock), Thomas Ramdhan (Gigi), Icez (Triad Band 'Ahmad Dhani'), Barry Likumahuwa (B.L.P.), Fajar Adi Nugroho (Gugun Blues Shelter), dan Arya Setyadi (Voodoo). (Antara)



REKOMENDASI

TERKINI