"The Boy", Teror dari Sebuah Boneka

Senin, 25 Januari 2016 | 12:38 WIB
"The Boy", Teror dari Sebuah Boneka
Film
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Anda yang gemar film bergenre horor jangan lewatkan kemunculan film 'The Boy' di bioskop-bioskop di Tanah Air. Dengan mengambil konsep boneka sebagai tokoh utamanya, film besutan William Brent Bell ini ingin mengulang kesuksesan film serupa seperti Annabelle dan Chuckie.

Film berdurasi 90 menit ini menceritakan pelarian Greta yang diperankan Lauren Cohan ke sebuah rumah terpencil di tengah hutan yang sedang membutuhkan pengasuh. Greta saat itu sedang didera masalah dengan kekasihnya Cole (Ben Robdon) sehingga memutuskan untuk menenangkan pikiran di desa tersebut.

Sesampainya di rumah keluarga Heelshire, Greta merasa tercengang dengan bangunan rumah yang tampak lawas dan menyeramkan. Ia pun bertemu dengan Malcolm (Rupert Evans), pengantar belanjaan keluarga Heelshire yang kemudian menceritakan secuil kisah mengenai keluarga majikannya itu.

Setelah bertemu dengan Nyonya dan Tuan Heelshire, Greta tak menyangka akan mengasuh sebuah boneka yang tak lain adalah Brahms, putra keluarga Heelshire. Ia sempat menganggap bahwa majikannya tak waras, karena memperlakukan boneka itu layaknya Bramhs masih hidup.

Malcolm membenarkan bahwa majikannya memang masih belum bisa menerima kepergian Bramhs sehingga menganggap bahwa boneka itu adalah putranya yang sudah lama meninggal dalam insiden kebakaran.

Begitu Tuan dan Nyonya Heelshire pamit untuk liburan, Greta pun diberikan selembar kertas berisi aturan yang harus ia jalankan terhadap boneka Bramhs. Karena masih menganggap bahwa boneka itu adalah boneka biasa, Greta mengabaikan aturan-aturan yang dipercayakan kepadanya.

Sejak itu teror demi teror menghantui Greta. Mulai dari gaun dan kalungnya yang hilang, boneka yang berpindah tempat hingga suara yang keluar dari boneka tersebut.

Meski sempat ketakutan, Greta akhirnya mengambil kesimpulan bahwa arwah Bramhs bersemayam di tubuh boneka tersebut. Lambat laun ia pun menerima dan mulai memperlakukan Bramhs seperti anak-anak lainnya.

Sayangnya kedatangan Cole ke rumah itu memperkeruh suasana. Karakter Cole yang kasar dan pemarah nampaknya tak disukai boneka itu.

Puncaknya, Cole tak percaya bahwa ancaman yang dialamatkan kepadanya dilakukan oleh boneka itu. Ia lantas menghancurkannya.

Ternyata, hancurnya boneka Bramhs menguak tabir kematian Bramhs 20 tahun lalu. Muncul lelaki bertopeng yang berusaha mendapatkan Greta dan membunuh Cole maupun Malcolm.

Nampaknya, lelaki bertopeng itulah yang menjadi dalang dari teror yang dilakukan boneka Bramhs.

Beruntung Greta bisa menyelamatkan diri dan berusaha kabur dari rumah tua itu. Tak lupa ia membawa Malcolm, lelaki yang kemudian membuatnya jatuh cinta.

Secara keseluruhan film ini sukses membuat penonton ketakutan dengan kejutan di alur ceritanya. Cerita di akhir alur yang tak terduga membuat penonton berhenti dari ketakutannya dan menyadari bahwa film ini lebih condong ke genre thriller dibandingkan horor.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI